Jogja
Minggu, 9 Juli 2017 - 02:38 WIB

GIZI BURUK GUNUNGKIDUL : Antisipasi, Puskesmas Diminta Lakukan Pemantauan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Gizi buruk Gunungkidul diatasi dengan melibatkan pihak terkait yang dekat dengan masyarakat

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Munculnya kasus gizi buruk menjadi salah satu peringatan bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul untuk melakukan tindakan antisipatif. Kini setiap puskesmas diminta untuk mengintensifkan pemantauan dan merespon cepat untuk menghindari kasus gizi buruk.

Advertisement

Pelakasana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Gunungkidul, Sudjoko mengatakan peran puskesmas di setiap kecamatan sangat penting untuk mengantisipasi adanya kasus gizi buruk. Oleh sebab itu dia memerintahkan setiap puskesmas melakukan pemantauan. Hal itu agar kasus gizi buruk yang terjadi pada balita bernama Fatimah asal Dusun Creno, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari tidak terluang kembali.

“Kami meminta puskesmas untuk melakukan monitoring dan melakukan respon cepat agar kasus gizi buruk tidak lagi terjadi di Gunungkidul atau palling tidak dapat dikurangi,” katanya, Jumat (7/7/2017).

Kasus gizi buruk yang menimpa Fatimah kini sudah dimonitor oleh pihak Dinkes. Saat ini, bayi malang tersebut sedang menjalani pemulihan kesehatan di RSUD Wonosari. Di tengah menunggu proses pemulihan kesehatan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan puskesmas setempat untuk melakukan monitoring.

Advertisement

Monitoring atau pendampingan nantinya akan dilakukan setelah proses pemulihan kesehatan Fatimah di RSUD Wonosari selesai. “Kami meminta agar Puskesmas II Gedangsari nanti melakukan pendampingan terhadap perkembangan kesehatan anak maupun anggota keluarga,” ujarnya.

Menurutnya pendampingan tidak hanya dilakukan bagi penderita gizi buruk, namun juga termasuk kedua orang tua dan anggota keluarga. Pasalnya gizi buruk pada balita memang disebabkan kurangnya makanan bernutrisi yang disediakan oleh kedua orang tuanya. Terlebih jika makanan yang dikonsumsi sang ibu tidak bernutrisi, maka asi yang diberikan pun menjadi tidak bergizi.

Sekretaris Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawati menambahkan setiap tahunnya di Gunungkidul memang terdapat kasus gizi buruk pada balita. Namun dia mengeklaim setiap tahun angka gizi buruk mengalami penurunan. “Yang jelas kasus gizi buruk setiap tahunnya selalu menurun,” katanya.

Advertisement

Dia menjelaskan kasus gizi buruk disebab kan oleh sejumlah faktor, seperti kehamilan yang terlalu muda atau karena memang kurangnya asupan nutrisi saat masa kehamilan. Sehingga pemantauan selama ini lebih diintensifikan pada ibu hamil dan balita.

“Balita adalah usia yang rentan terhadap kematian, baik itu karena gizi buruk ataupun sebab lainnya. Oleh karena itu selama ini program kesehatan dari pemerintah lebih diintensifkan pada balita,” kata dia

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif