Soloraya
Jumat, 7 Juli 2017 - 22:35 WIB

WISATA KLATEN : Main ke Bandara Adi Sumitro Bisa Berfoto di Kokpit Pesawat hingga Nonton Film 3D

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Bandara Adi Sumitro di Desa Wunut, Kecamatan Tulung, Klaten, Jumat (7/7/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Wisata Klaten, Bandara Adi Sumitro merupakan tempat wisata di Tulung dengan fasilitas pesawat asli.

Solopos.com, KLATEN — Suara jeritan perempuan terdengar berkali-kali di sela-sela film animasi 3D di kabin pesawat Boeing 737-200 buatan 1980 bekas milik Batavia Air. Interior gelap dan hawa dingin dari AC memperkuat suasana menonton film layaknya di bioskop.

Advertisement

Berpindah ke bagian depan, terdapat 66 set kursi untuk menonton film bertemakan alam. Anak-anak kecil duduk di kursi penumpang menonton sajian film berdurasi 15 menit hingga usai.

Anak-anak dan pengunjung lain juga bisa berfoto sambil mengenakan seragam pilot, tentara, polisi, pramugari, dan lainnya di kokpit dengan membayar tambahan Rp20.000 plus satu lembar foto ukuran 10R.

Advertisement

Anak-anak dan pengunjung lain juga bisa berfoto sambil mengenakan seragam pilot, tentara, polisi, pramugari, dan lainnya di kokpit dengan membayar tambahan Rp20.000 plus satu lembar foto ukuran 10R.

Pesawat itu terpakir secara permanen di Bandara Adi Sumitro, Desa Wunut, Kecamatan Tulung, Klaten. Bandara ini memang bukan bandara seperti umumnya, namun lokasi wisata dengan pesawat yang sudah tidak aktif.

Pesawat itu parkir dengan disangga tiga tiang setinggi tiga meter. Awalnya, keberadaan pesawat itu untuk menarik pengunjung ke Pemancingan 100 Janti, kolam renang, dan rumah makan lesehan setempat.

Advertisement

 

“Sejak ada pesawat pada Desember tahun lalu, jumlah kunjungan ke sini mengingat hingga dua kali lipat,” beber Bambang Indra Nugraha, penanggung jawab pelaksana harian pesawat terbang di Bandara Adi Sumitro, saat ditemui Solopos.com, Jumat (7/7/2017).

Dalam sehari, pesawat di objek wisata Taman Air 100 Janti itu dikunjungi 200-300 orang. Bahkan, selama libur Lebaran lalu, pesawat itu dikunjungi 5.000 orang dalam lima hari. “Itu belum termasuk ke rumah makan lesehan dan kolam renang,” tutur dia.

Advertisement

Tingginya animo masyarakat ke Bandara Adi Sumitro, penyelenggara pun menambah sejumlah wahana permainan. Di bandara itu kini pengunjung bisa menikmati fasilitas tambahan seperti kolam renang, bianglala, mobil gowes, hingga kereta odong-odong.

Ke depan, penyelenggara juga akan mengembangkan wahana permainan bombom car. “Semua fasilitas ditempatkan di area pesawat untuk menunjang pesawat itu sendiri.”

Tak hanya itu, khusus pengunjung kolam renang dan water boom, pengunjung dikenai tiket senilai Rp2.000. Biaya tiket itu seluruhnya diinfakkan untuk pembangunan masjid tak jauh dari lokasi pesawat.

Advertisement

“Berapa pun yang didapat semuanya masuk ke kas masjid. Kolam renang dan water boom memang dikhususkan untuk misi sosial,” terang Bambang.

Salah satu pengunjung, Herwina Nurmawati, 17, warga Wonosobo, terlihat memakai seragam wanita polisi (polwan). Ia berfoto di kokpit bersama dua keponakannya yang masih balita. Ia memang bercita-cita ingin menjadi polwan namun pesimistis karena tinggi badannya tidak memenuhi syarat.

“Menurut saya bagus. Ini kali pertama saya ke sini. Pemandangannnya sejuk. Baru kali ini bisa masuk kokpit pesawat,” ujar dia seraya tertawa.

Ia berharap fasilitas pesawat di lokasi itu ditambah khususnya pesawat berbadan kecil. Pengunjung lain, Dedy Nurdian, 35, warga Tulung, Klaten, mengutarakan hal senada.

Mendatangi Bandara Adi Sumitro, baginya, sama dengan rekreasi plus edukasi bagi ia dan keluarganya. “Di sini bisa makan sekaligus ada edukasinya juga. Anak saya sangat suka melihat pesawat,” ujar Dedy.

Terpisah, Camat Tulung, Rohmad Sugiarto, mengatakan lokasi bandara selama ini dipahami masyarakat masuk ke wilayah Janti. Padahal, bandara sebetulnya berada di Desa Wunut, Tulung. Masyarakat juga kerap keliru bahwa Janti masuk wilayah Polanharjo.

“Mudah-mudahan Tulung semakin berkibar dengan keberadaan Ponggok, Cokro, dan bandara di Wunut itu. Ke depan, juga akan dikembangkan kolam renang yang lebih besar besar dan objek wisata seledri,” ujar dia saat dihubungi Solopos.com, Jumat.

Ia berharap keberadaan objek-objek wisata di Tulung bisa turut memberdayakan masyarakat setempat guna peningkatan kesejahteraan. Pemberdayaan itu bisa hadir dalam peluang masyarakat untuk berjualan di objek wisata, menjadi tenaga kerja, atau pun potensi kerajinan sebagai merchandise.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif