Soloraya
Jumat, 7 Juli 2017 - 18:35 WIB

Leptospirosis Tewaskan 5 Orang di Klaten dalam 5 Bulan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tikus (nhs.uk)

Lima orang tewas akibat penyakit leptospirosis di Klaten pada Januari-Mei 2017.

Solopos.com, KLATEN — Sebanyak 38 warga Klaten terserang leptospirosis selama kurun waktu Januari-Mei 2017. Dari jumlah itu, lima orang meninggal dunia.

Advertisement

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine hewan salah satunya tikus yang terinfeksi bakteri tersebut. Bakteri masuk ke tubuh melalui luka pada kulit.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Herry Martanto, tak menampik kasus leptospirosis tahun ini cukup berbahaya hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Salah satu penyebab para korban meninggal dunia lantaran telat terdeteksi sehingga telat pula penanganannya.

Guna mengurangi kasus leptospirosis di Klaten, Herry menjelaskan Dinkes sudah menyebarkan alat rapid test leptospirosis ke seluruh puskesmas. Alat tersebut untuk mendeteksi leptospirosis sejak dini.

Advertisement

“Dengan deteksi sejak awal, penanganannya juga bisa lebih cepat. Alat itu tidak bisa digunakan untuk diagnosis. Hanya melihat pada tubuh seseorang pernah kemasukan bakteri atau belum. Orang kemasukan bakteri belum tentu sakit. Itu tergantung daya tahan tubuh seseorang. Kalau daya tahan tubuhnya baik, meskipun terpapar bakteri namun tidak sakit,” kata Herry, Jumat (7/7/2017).

Herry menuturkan selain membagikan alat rapid test leptospirosis, Dinkes juga menggencarkan sosialisasi. Ia menuturkan salah satu upaya agar tak terserang penyakit itu yakni menghindari kontak langsung anggota tubuh terutama yang mengalami luka dengan tempat-tempat yang menjadi penampungan air kotor seperti got.

“Yang penting itu menjaga kebersihan pribadi yang higienis. Kalau terpaksa harus masuk ke got atau sawah, pakai pelindung bisa menggunakan sepatu bot kalau tidak punya bisa dibungkus plastik. Kalau kepepet tidak ada setelah masuk ke air langsung dibersihkan menggunakan sabun agar bakterinya hilang,” urai dia.

Advertisement

Upaya lain yakni dengan menjaga daya tahan tubuh melalui makan serta istirahat yang cukup. “Kalau daya tahan bagus, bakteri untuk menyerang itu sulit,” tutur dia.

Kabag Humas Setda Klaten, Wahyudi Martono, mengatakan dari informasi yang diterimanya, kasus leptospirosis di Klaten masuk urutan ketiga di Jawa Tengah. Terkait tingginya angka kasus leptospirosis, ia menuturkan sejak Rabu (5/7/2017) Bagian Humas melakukan sosialisasi secara mobile ke tempat-tempat yang menjadi kerumunan orang seperti pasar tradisional.

Sosialisasi dimaksudkan agar warga waspada serta mengetahui upaya pencegahan terhadap penyakit itu. “Kami upayakan setiap hari berkeliling untuk sosialisasi. Selain itu, kami publikasikan juga melalui media lain. Untuk sosialisasi secara mobile kami datangi pasar tradisional di daerah-daerah yang selama ini kasus leptospirosis cukup banyak seperti di Kecamatan Wedi,” urai dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif