Soloraya
Kamis, 6 Juli 2017 - 23:35 WIB

Bangkit dari Dunia Kelam, Waria Mantan PSK Ini Kini Jadi Pedagang Kelontong

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Himpunan Waria Solo (Hiwaso), Cyntia Dodi Maramis, 45, di warung kelontongnya di Gilingan, Banjarsari, Solo, Kamis (6/7/2017). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Seorang waria yang pernah menjadi PSK menceritakan kisahnya keluar dari kelamnya dunia malam.

Solopos.com, SOLO — Seorang waria bernama alias Cyntia Dodi Maramis, 45, benar-benar belajar dari kesalahan masa lalunya. Dia sempat terjerumus dalam dunia malam yang kelam.

Advertisement

Semasa muda, Cyntia pernah menjajakan diri sebagai pekerja seks komersial (PSK). Waria kelahiran Wonogiri tersebut bahkan mengaku pernah singgah di sejumlah kota atau kabupaten di 32 provinsi di Indonesia hanya untuk mangkal.

Namun, kehidupan kelam tersebut kini betul-betul telah dia tinggalkan. Pada 2006, Cyntia memutuskan beralih kerja menjadi pedagang. Mulanya dia hanya berjualan pakaian dengan menawarkan barang, khususnya kepada orang-orang yang dia kenal.

Advertisement

Namun, kehidupan kelam tersebut kini betul-betul telah dia tinggalkan. Pada 2006, Cyntia memutuskan beralih kerja menjadi pedagang. Mulanya dia hanya berjualan pakaian dengan menawarkan barang, khususnya kepada orang-orang yang dia kenal.

Setelah berhasil mengumpulkan cukup modal, Cyntia baru bisa merealisasikan keinginannya membuka warung kelontong. Dia menjual bermacam barang kebutuhan pokok sehari-hari di rumah kontrakannya di Kampung Cinderejo Lor RT 001/RW 005 Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Solo.

“Pada 2004 saya datang ke Solo dari Jakarta. Di Solo saya sempat mangkal setahun. Setelah merasa ada modal dan kesempatan, saya kemudian merintis usaha. Hal itu sesuai target saya sejak lama. Semasa masih jadi PSK, saya terus berpikir bagaimana caranya dan kapan bisa keluar dari dunia malam,” kata Cyntia ditemui Solopos.com di warung kelontongnya, Kamis (6/7/2017) siang.

Advertisement

Dengan menjajakan diri kepada orang lain yang tidak jelas, Cyntia menyebut waria akan rentan tertular dan menularkan HIV. Selain itu, dia menegaskan kaum waria akan selamanya dipandang rendah jika hanya bisa melacur. Cyntia mengajak kaum waria memilih pekerjaan yang baik.

“Kalau di jalan terus, bukan hanya waria, perempuan juga akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Di jalan kan juga penuh risiko bahaya. Kalau risiko dipukuli karena dianggap meresahkan di jalan, itu wajar. Tapi ada bahaya yang lebih mengancam keselamatan, yakni penularan HIV. Jika ada uang, segera disisihkan sebagian untuk ditabung. Dunia malam tidak bisa menjamin masa depan siapa saja,” tutur Cyntia.

Cyntia beruntung setelah tinggal di Solo bisa berkenalan dengan pengurus Himpunan Waria Solo (Hiwaso). Setelah aktif di Hiwaso dia menjadi punya jaringan untuk mengembangkan diri dan usahanya.

Advertisement

Karena punya pengaruh, Cyntia bahkan dipercaya menjadi Ketua Hiwaso. Dia menjabat sebagai Ketua Hiwaso sejak 2010 lalu hingga sekarang. Cyntia mempersilakan kaum waria di Soloraya yang membutuhkan masukan atau bantuan bisa membangun komunikasi dengan para pengurus maupun anggota aktif Hiwaso.

“Lembaga Hiwaso resmi diakui pemerintah. Beberapa kali kami mendapat bantuan dari pemerintah untuk pengembangan diri. Mereka yang bertekad mendirikan usaha, berkesempatan mendapatkan modal. Terakhir pada 2016 lalu, beberapa anggota Hiwaso mendapat bantuan Rp4 juta per orang dari Kementerian Sosial untuk dipakai modal usaha. Uang bisa dipakai berjualan, beternak, membuka salon, dan lain sebagainya sesuai minat masing-masing,” jelas Cyntia yang juga dipanggil Mami tersebut.

Cyntia menyebut anggota Hiwaso kini ada 170 waria. Dia mengklaim sebagian besar anggota Hiwaso telah memikiki usaha. “Saya bilang 30% anggota sudah buka atau bekerja di salon, 30% membuka usaha warung kelontong atau berjualan barang lain, 10% beternak, 5% free, dan 25% belum terdeteksi seluruhnya. Kami yakin hanya 15% anggota yang kini masih di lapangan [jadi PSK]. Di Hiwaso, kami punya kebiasan berolahraga voli bersama tiga kali sepekan. Kegiatan itu kami lakukan untuk mendorong semua berkegiatan positif,” terang Cyntia.

Advertisement

Pembina Hiwaso, Mama Londo, menyebut dengan bergabung menjadi anggota Hiwaso, waria akan mendapat perlindungan terutama untuk kehidupan sosial dan ekonomi. Dia menyebut Hiwaso merupakan lembaga resmi yang telah diakui pemerintah.

Beberapa kali Hiwaso juga mendapat bantuan dari pemerintah seperti dana usaha ekonomi kreatif untuk 100 waria pada 2010. Ada juga bantuan dana usaha yang diberikan kepada waria dengan HIV/AIDS.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif