Soloraya
Minggu, 2 Juli 2017 - 17:35 WIB

LEBARAN 2017 : Sapi-Sapi di Lereng Merapi Boyolali Juga Tak Mau Kalah Ikut Bakdan Ketupat

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Sruni, Musuk, Boyolali, menyambut Lebaran dengan mengajak hewan-hewan ternak jalan-jalan keluar, Minggu (2/7/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Lebaran 2017, warga lereng Gunung Merapi wilayah Boyolali merayakan Bakdan Sapi.

Solopos.com, KLATEN — Ada tradisi unik sepekan setelah Lebaran di lereng Gunung Merapi, wilayah Desa Sruni, Musuk, Boyolali. Ketika sebagian besar masyarakat muslim merayakannya dengan saling berbagi sayur dan ketupat, warga Desa Sruni memilih cara unik.

Advertisement

Mereka tak hanya berbagi nasi kupat dan sayur, hewan-hewan ternak mereka pun turut serta diajak berlebaran. Mereka mengajak sapi dan kambing untuk berjalan-jalan ke jalan raya dan saling bertemu sesama hewan ternak.

“Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur kami. Semoga ternak-ternak kami sehat dan memberi manfaat kepada warga,” ujar sesepuh warga Sruni, Hadi Sutarno, kepada wartawan di sela-sela acara, Minggu (2/7/2017) pagi.

Advertisement

“Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur kami. Semoga ternak-ternak kami sehat dan memberi manfaat kepada warga,” ujar sesepuh warga Sruni, Hadi Sutarno, kepada wartawan di sela-sela acara, Minggu (2/7/2017) pagi.

Bakdan sapi, demikian warga Desa Sruni menyebut acara yang digelar saat mentari terbit itu. Acara diawali dengan kenduri bersama-sama di masing-maisng RT. Menu utama kenduri antara lain nasi kupat serta sayur lengkap dengan lauk-pauknya.

Setelah didoakan, warga yang ikut kenduri langsung menyerbu makanan yang disediakan. Selanjutnya mereka segera pulang untuk mengambil ternak mereka yang sudah disiapkan sebelumnya.

Advertisement

Keruan saja ratusan ekor ternak itu pun memenuhi jalan-jalan di pelosok desa. Anak-anak, kaum ibu, hingga para manula pun menyambut meriah arak-arakan ternak 400-an ekor itu layaknya karnaval.

“Sejak saya kecil, tradisi bakdan sapi ini sudah ada. Alhamdulillah sampai sekarang tetap lestari,” ujar salah satu peserta bakdan sapi, M. Aji.

Menurut Aji, tradisi bakdan sapi terus dilestarikan sebagai wujud syukur warga kepada Allah SWT. “Bagi kami hewan-hewan ternak itu memberikan penghidupan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehingga kami sangat bersyukur dengan adanya ternak-ternak ini,” tutur dia.

Advertisement

Hadi Sutarno, salah satu tokoh warga setempat, membenarkan bakdan sapi ini dilakukan untuk nguri-uri budaya yang diturunkan nenek moyang sebagai wujud rasa syukur. Selain itu, asal mula tradisi ini berawal dari kepercayaan setiap hari ketujuh lebaran, Nabi Sulaiman selalu memeriksa sapi-sapi.

Hal ini kemudian yang dicontoh warga dengan menggembalakan sapi ramai-ramai keliling kampung, kemudian menjemur sapi di luar kandang. “Karena itu sampai saat ini tradisi ini tetap lestari,” imbuh dia.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif