Jogja
Minggu, 2 Juli 2017 - 07:21 WIB

KETOPRAK KULONPROGO : Cinta Sehidup Semati yang Penuh Pergolakan Emosi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kelompok Ketoprak Krido Matoyo asal Banyuroto, Kecamatan Nanggulan dipentaskan dalam Pergelaran Potensi Desa Budaya dan Kantong Budaya

Harianjogja.com, KULONPROGO-Alkisah seorang Sri Huning, seorang puteri Kerajaan Tuban, yang menjalin hubungan asmara dengan Wiratmoyo. Kisah ini mungkin menjadi kisah yang akan selalu dikenang dari masa ke masa.

Advertisement

Karena ternyata, takdir membawa fakta yang menguras air mata. Latar belakang keduanya tersibak di suatu ketika. Wiratmoyo dan Sri Huning sesungguhnya merupakan kakak beradik. Sri Huning sendiri ialah anak angkat di dalam keluarga kerajaan.

Cinta di antara keduanya tetap terjalin, karena bukanlah hubungan yang terlarang. Namun, meskipun demikian, ayah Wiratmoyo telah meminang putri Kadipaten Bojonegoro, bernama Kumoloretno untuk diperistri oleh Wiratmoyo.

Advertisement

Cinta di antara keduanya tetap terjalin, karena bukanlah hubungan yang terlarang. Namun, meskipun demikian, ayah Wiratmoyo telah meminang putri Kadipaten Bojonegoro, bernama Kumoloretno untuk diperistri oleh Wiratmoyo.

Pedih bagi Sri Huning. Karena akhirnya Wiratmoyo menikahi Kumoloretno, dan memutuskan hubungan kasih dengan Sri Huning.

Tetapi di tengah-tengah gending dan sakralnya ritual pernikahan, pasukan Kadipaten Lamongan datang secara tiba-tiba membubarkan acara pernikahan tersebut. Tak disangka Adipati Lamongan pernah melamar Kumoloretno sebelumnya. Ia tak terima lamarannya ditolak oleh Kumoloretno, terlebih gadis pujaan memilih menerima lamaran dari Kadipaten Tuban.

Advertisement

Tombak beradu, pedang saling hunus, darah tertumpah. Termasuk darah tubuh Sri Huning, yang gugur oleh hunusan pedang Adipati Lamongan. Mendengar kabar itu, Wiratmoyo segera melawan Adipati Lamongan tetapi juga berakhir sama seperti Sri Huning.

Selanjutnya, Adipati Tuban yang akhirnya bisa memukul mundur pasukan Lamongan. Perang berakhir, jasad Sri Huning dan Wiratmoyo dimakamkan membawa kisah pilu cinta mereka.

Kumoloretno, sang mempelai perempuan, dinikahkan dengan Wiratmoko yang merupakan adik Wiratmoyo.

Advertisement

Demikian akhir fragmen demi fragmen kisah cinta, yang diangkat oleh Kelompok Ketoprak Krido Matoyo asal Banyuroto, Kecamatan Nanggulan. Lakon tersebut dipentaskan dalam Pergelaran Potensi Desa Budaya dan Kantong Budaya, di halaman Kantor Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Jumat (30/6/2017).

Kepala Desa Banyuroto, Sudalja mengatakan, pementasan ketoprak tersebut merupakan salah satu acara dari serangkaian acara yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan Kulonprogo.

Ia berharap ketoprak dapat menghibur warga, dan menjadi ajang silaturahmi di hari Idulfitri 2017.

Advertisement

Ia menyebutkan, selain ketoprak, Nanggulan juga memiliki potensi yang perlu dikembangkan, seperti kuda lumping.

“Tapi kini tak ada upaya regenerasi, dikhawatirkan apabila dinas tak ikut melakukan pendampingan, kedua kesenian tersebut bisa saja hilang,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang warga yang menyaksikan pementasan, Rohmatun mengaku senang dapat menonton pentas seni budaya. Ia berharap pentas dapat diadakan rutin setiap tahun.

“Apalagi kita bisa bertemu dengan banyak warga, sekalian syawalan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif