Kolom
Sabtu, 1 Juli 2017 - 06:00 WIB

GAGASAN : Reposisi dan Pencitraan Gunung Kemukus

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suharno (Istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Jumat (30/6/2017). Esai ini karya Suharno, dosen di Program Studi Akuntansi dan Magister Manajemen Universitas Slamet Riyadi Solo. Alamat e-mail penulis adalah suharno_mm_akt@yahoo.co.id.

Solopos.com, SOLO — Gunung Kemukus sangat terkenal dan melegenda. Tidak hanya di Indonesia, namun sampai ke mancanegara. Mengapa? Apakah karena gunung ini menjulang tinggi sehingga menjadi tempat yang sangat menantang bagi para pendaki, seperti Gunung Merapi, Semeru, dan Lawu?

Advertisement

Tentu tidak. Gunung Kemukus  bukan seperti gunung pada umumnya. Sebenarnya lebih tepat disebut sebagai bukit. Lokasinya di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, kurang lebih 30 kilometer arah utara Kota Solo.

Lokasi ini memang bukan tempat wisata biasa, kondang sebagai tempat  ziarah untuk ngalap berkah dan mencari pesugihan. Di bukit ini terdapat makam yang diyakini sebagai makam Pangeran Samodro dan Dewi Ontrowulan yang sangat sakral.

Ribuan orang setiap malam Jumat Pon dan malam Jumat Kliwon mengunjungi kedua makam keramat tersebut. Tidak aneh bila Gunung Kemukus saat ini menjadi andalan utama sektor pariwisata sebagai penyumbang pendapatan asli daerah yang terbesar di Kabupaten Sragen.

Mitos dan Realitas

Siapakah Pangeran Samodra dan Dewi Ontrowulan itu sehingga ribuan orang menziarahi makam mereka? Konon Pangeran Samodra masih trah keturunan Raja Brawijaya dari Majapahit. Ia tinggal di Kerajaan Demak,  terlibat asmara dengan ibu tirinya sendiri, sehingga keduanya diusir dari kerajaan.

Dalam perjalanan ke luar dari Kerajaan Demak, Pangeran Samodro jatuh sakit di Desa Pendem hingga akhirnya meninggal dunia. Keduanya bersumpah sehidup semati. Dewi Ontrowulan menempuh jalan pintas, bunuh diri untuk membuktikan sumpah dan kesetiaannya tersebut.

Keduanya oleh warga setempat dimakamkan bersebelahan di puncak bukit. Sebelum meninggal konon Pangeran Samodro berpesan bila ada yang hidup susah, ingin bahagia, dan ingin kaya agar mengikuti jejaknya berkumpul menyatu bersama. Cerita ini berkembang dari mulut ke mulut. Makna menyatu bersama dimaknai melenceng, berkumpul layaknya suami istri.

Advertisement

Akibatnya Gunung Kemukus  identik sebagai tempat mencari pesugihan dengan syarat aneh dan tak masuk akal sehat, bahkan bertentangan dengan norma agama, norma moral, norma sosial, dan norma hukum positif yang berlaku di Indonesia, yaitu melakukan perzinaan.

Mereka meyakini keinginan menjadi kaya akan terkabul bila berziarah tujuh kali berturut-turut, hadir bukan dengan pasangan resmi, namun mencari pasangan lain, serta melakukan ritual hubungan layaknya suami istri di sekitar makam.

Selanjutnya adalah: Memicu perkembangan prostitusi…

Prostitusi

Kondisi inilah yang memicu berkembanganya prostitusi di kawasan Gunung Kemukus. Pekerja seks komersial (PSK) di sana tidak hanya perempuan, namun juga dari kalangan laki-laki alias gigolo. Peran dan fungsi Gunung Kemukus bergeser dari tempat ziarah berubah menjadi lokalisasi prostitusi ilegal sampai hari ini.

Beberapa kali kita mendengar aparat berwajib merazia dan menutup lokalisasi itu, tetapi hanya efektif beberapa hari, hanya bersifat sementara. Setelah itu  ingar bingar keramaian dan musik dangdut dari warung dan tempat karaoke kembali seperti semula.

Advertisement

Hal demikian ini membuat orang yang ingin berkunjung atau berwisata  tidak berani terang-terangan, bahkan mengurungkan niat karena takut menjadi bahan gunjingan.

Tindak Tegas

Pemerintah Kabupaten Sragen di bawah kepemimpinan Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati harus tegas menindak dan menutup praktik prostitusi yang sudah berlangsung puluhan tahun ini.

Jangan kalah dengan Wali Kota di Surabaya  Tri Rismaharini dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang berani menutup lokalisasi  resmi Gang Doly di Surabaya dan Kalijodo di Jakarta.

Bila ada niat dan keberanian menutup  lokalisasi  prostitusi di Gunung  Kemukus  sebenarnya lebih mudah bila dibandingkan menutup Gang Doly dan Kaliojodo. Tindakan tegas dan berani ini sudah ditunggu warga masyarakat.

Tampaknya ada orang-orang tertentu yang memang sengaja ingin mempertahankannya. Mereka takut kehilangan mata pencaharian. Pemerintah Kabupaten Sragen tampaknya masih ragu-ragu, takut kehilangan pendapatan asli daerah.

Ketakutan tersebut sebenarnya tidak beralasan sebab dampak negatif  yang  akan timbul yang bersifat imaterial yang biaya sosialnya lebih tinggi, seperti kerusakan moral, beredarnya minuman keras dan narkotika serta obat-obar berbahaya, serta merebaknya berbagai macam penyakit menular seperti HIV/AIDS. Ini jelas akan berdampak buruk pada generasi mendatang.

Advertisement

Saya yakin tindakan tegas menghentikan praktik prostitusi di Gunung  Kemukus pasti mendapat dukungan penuh dari masyarakat Sragen. Sebenarnya selama ini mereka gerah dan malu dengan persepsi negatif atas Gunung Kemukus.

Entah kenapa sampai hari ini belum ada keberanian dari masyarakat  maupun pemerintah untuk menutup praktik prostitusi ilegal di sana, padahal sebagian besar penghuni dan pemilik warung bukan warga asli setempat. Mereka warga pendatang dari luar Sragen.

Miniatur Danau Toba

Sudah saatnya kawasan Gunung Kemukus  ditata ulang, menjadi kawasan wisata yang menarik dengan format dan citra baru. Dalam konsep pemasaran perlu dilakukan reposisi dan pencitraan ulang untuk mengubah citra negatif menjadi positif sehingga mampu menyedot wisatawan domestik maupun mancanegara.

Beberapa kali saya mengunjungi Gunung Kemukus. Dalam pandangan saya, wilayah ini sangat eksotis dan pemandangannya indah. Pada saat musim kemarau dengan berjalan kaki atau naik kendaraan kita bisa langsung  sampai ke lokasi.

Selanjutnya adalah: Di kaki bukit pemandangan sangat indah…

Advertisement

Pemandangan indah

Di kaki bukit pemandangan sangat indah. Tampak  dari kejauhan warung dan rumah penduduk  yang tersebar di lereang bukit sampai puncak bukit. Pada saat musin penghujan, sebelum jembatan penghubung yang baru jadi, kawasan Gunung Kemukus terendam air dan jembatan lama tenggelam.

Bila kita ingin ke lokasi harus naik perahu tradisional atau perahu bermotor. Gunung Kemukus dikelilingi air dari Kedung Ombo sehingga tepat berada di tengah. Tampak dari jauh mirip Pulau Samosir di Danau Toba, Sumatra Utara.

Saya yakin bila Pemerintah Kabupaten Sragen bersungguh-sungguh,  Gunung Kemukus bisa disulap menjadi meniatur Danau Toba. Kalau ini terwujud pasti akan menjadi tempat wisata yang sangat indah yang mampu menyedot wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Kesan angker dan mesum dengan sendirinya akan hilang.

Stigma sebagai tempat mencari pesugihan juga akan sirna. Orang tidak akan malu-malu lagi berkunjung. Apabila makam tetap dipertahankan maka selain sebagai kawasan wisata keluarga juga bisa difungsikan sebagai kawasan wisata ziarah.

Pemerintah seyogianya melibatkan  tokoh masyarakat serta tokoh agama untuk mengubah citra negatif Gunung Kemukus. Dari pengamatan dan wawancara dengan warga sekitar yang pernah saya lakukan,  sebenarnya warga sekitar tidak tahu sumber dan asal-usul cerita yang menyesatkan tersebut.

Dalam konteks saat ini cerita negatif  yang beredar  di tengah masyarakat  tersebut adalah hoaks. Warga di sana juga tidak punya kenyakinan makam Pangeran Samodro dan Dewi Ontrowulan di Gunung Kemukus bisa mendatangkan kekayaan.

Advertisement

Umumnya peziarah berasal dari luar Sragen, sebagian besar dari daerah Jawa Barat, kawasan pantai utara Jawa, serta dari luar Jawa. Saya menduga cerita negatif yang menyebar tersebut dulu memang disengaja diciptakan.

Tujuannya jelas bermotif ekonomi, agar orang berbondong-bondong berkunjung ke Gunung Kemukus. Kisah yang menyesatkan ini apakah akan tetap terus dipertahankan? Sudah saatnya Bupati Sragen  membentuk tim untuk merumuskan reposisi dan pencitraan ulang Gunung Kemukus agar menjadi kawasan wisata yang  bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah secara bermartabat.

Kabupaten Sragen juga memiliki tempat wisata lain yang selama ini belum tergarap dengan baik dan kemudian beralih fungsi menjadi tempat wisata yang berbau mesum. Sumber air panas Bayanan dan Kedung Kancil nasibnya setali tiga uang dengan Gunung Kemukus, menjadi tempat prostitusi terselubung.

Elemen masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sragen dengan segudang potensi wisata yang dimiliki harus cancut tali wanda, segera berbenah diri, jangan sampai tertinggal dengan daerah lain.

Sebagai salah satu contoh, pengembangan wisata di Kabupaten Sragen yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten  Boyolali bisa dipadukan dalam  satu paket wisata yang meliputi Sangiran, Dayu, dan Gunung Kemukus.

Ketiganya adalah perpaduan wisata yang sangat luar biasa bila bisa dikemas dan dipromosikan. Kawasan lintas kabupaten ini mencakup wisata pendidikan, wisata alam, dan wisata spiritual. Bukankah demikian?

 

Advertisement

 

 

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif