Jogja
Jumat, 30 Juni 2017 - 03:22 WIB

TIONGHOA JOGJA : Terus Asah Kemampuan Berbahasa Mandarin

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Yoshe Ivana Putri berfoto saat mengikuti Kompetisi Bahasa Mandarin Chinese Bridge International se-Indonesia di Jakarta, 16-17 Juni 2017. (IST/dok. Yoshe Ivana Putri)

Tionghoa Jogja, bahasa mandarin terus dikembangkan

Harianjogja.com, JOGJA — Beberapa kali gagal meraih juara dalam ajang lomba Bahasa Mandarin tak menyurutkan niat Yoshe Ivana Putri untuk terus berlatih dan berusaha. Baginya, lomba bukan semata untuk mengejar piala tetapi lebih pada mengasah kemampuan dan menambah pengalaman.

Advertisement

Pada tanggal 16-17 Juni 2017 lalu, remaja putri kelahiran 17 September 2000 ini mengikuti Kompetisi Bahasa Mandarin Chinese Bridge International se-Indonesia di Jakarta. Sebelum masuk pada tahapan lomba kelas nasional itu, sebelumnya ia memenangkan lomba serupa di tingkat propinsi.

Yoshe berhasil menyabet juara I dalam lomba Bahasa Mandarin yang digelar di Ketandan bersamaan dengan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) sekitar Februari lalu. Ia kemudian dikirim ke Jakarta untuk maju ke tingkat nasional.

Sudah sejak kelas V SD, siswa kelas XII di Sekolah Nasional Tiga Bahasa Budi Utama ini aktif mengikuti lomba Bahasa Mandarin. Lebih dari 10 kali ikut lomba di tingkat DIY dan kerap meraih juara I. Namun, selama tiga kali maju ke tingkat nasional, baru sekali ia meraih juara. Meski hanya juara Harapan 2 tetapi ia mengaku senang bisa mencapai hasil yang terbaik setelah sekian lama berjuang.

Advertisement

“Nilai yang bisa saya petik, jangan pernah menyerah, berusaha, dan berdoa. Kalau sudah berusaha tinggal berdoa saja pasti hasilnya sepadan. Seperti yang dikatakan guru saya, hasil itu nggak pernah mengkhianati usaha,” kata anak sulung dari pasangan Novita Widiyati dan Eko Djailanto ini saat ditemui Harian Jogja di daerah Palagan, Rabu (28/6/2017) pagi.

Ia mengakui, sudah cukup lama ia berkecimpung dalam dunia perlombaan, tetapi baru kali ini mendapatkan predikat juara tertinggi. Usahanya tak ia hentikan di situ. Ia tetap akan berusaha untuk meraih prestasi yang lebih gemilang.

Yoshe sendiri belajar Bahasa Mandarin sejak TK. Ia belajar di sekolahnya yang kebetulan ada pelajaran Bahasa Mandarin. Kemampuannya terus diasah sampai saat ini duduk di bangku SMA.

Advertisement

Belajar Bahasa Mandarin menurutnya harus terus dibiasakan dalam komunikasi sehari-hari. “Yang paling sulit adalah menghafalkan kosakatanya. Kalau nggak pernah dipakai, jadinya lupa,” kata Yoshe. Oleh karena itu, di rumah pun ia membiasakan berbicara dengan kedua adiknya dengan Bahasa Mandarin.

Novita, ibunya, mengakui bahwa dirinya kurang lancar berbicara menggunakan Bahasa Mandarin. “Saya kadang malah bertanya sama anak-anak,” tuturnya.

Pernah terbesit dalam pikiran Yoshe bahwa dirinya ingin menjadi guru Bahasa Mandarin. Namun sampai saat ini ia masih bimbang. “Jalani saja dulu. Kalau Tuhan berkehendak nanti,” tutur remaja yang juga aktif sebagai pemain Chinese Drum di Budi Utama ini.

Menurutnya, keberhasilan meraih juara selama ini tak lepas dari dukungan orang tua, saudara, sahabat, dan yayasan yang menaungi sekolahnya. Yoshe akan terus mengasah kemampuannya berbahasa Mandarin agar bisa menyambung komunikasi di tingkat internasional. Salah satu cara belajar Bahasa Mandarin adalah melalui tayangan film.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif