Soloraya
Kamis, 29 Juni 2017 - 22:00 WIB

Harga Kuliner Solo Ugal-Ugalan? Itu Sudah Lama & Berulang

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi makanan (Boldsky.com)

Keluhan tentang harga kuliner Solo yang ugal-ugalan rupanya sudah menjadi fenomena lama dan berulang.

Solopos.com, SOLO — Mahalnya harga kuliner beberapa rumah makan atau kedai di Solo pada musim Lebaran sudah jadi rahasia umum. Sebelum keluhan warganet di Facebook setelah membayar Rp365.000 di nasi liwet Bu Wongso Lemu.

Advertisement

Sejak bertahun-tahun yang lalu, banyak konsumen yang mengeluhkan adanya “kalkulator rusak” di sejumlah tempat makan di Solo, tidak hanya di rumah makan tapi juga wedangan. Sejumlah pihak pun menilai hal ini bakal merusak citra Solo sebagai kota wisata, khususnya wisata kuliner. Apalagi, Solo mendapat peringkat pertama wisata kuliner Tanah Air oleh Kementerian Pariwisata tiga tahun lalu.

“[harga tidak wajar] Sudah sering terjadi dan berulang. Hal ini dapat merusak citra destinasi wisata kuliner yang selama ini dibangun oleh pemerintah dan pelaku wisata. Perlu ketegasan dari Pemkot untuk mewajibkan setiap pelaku usaha kuliner membuat daftar harga supaya transparan, terutama di tempat jujugan wisata kuliner,” ujar Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, kepada Solopos.com, Kamis (29/6/2017).

Dia mengatakan harga makanan biasanya lebih mahal saat Lebaran tapi harga ngepruk ini berdampak pada buruknya citra. Penetapan harga memang hak pedagang tapi perlu ada pengaturan karena menyangkut image Solo. Sebagai destinasi wisata kuliner, konsistensi harga dan rasa serta kebersihan menjadi hal yang sangat penting. Baca juga: Bayar Rp365.000 di Nasi Liwet Bu Wongso Lemu, Warganet Ini Kaget.

Advertisement

“Kami sudah menyampaikan hal ini ke Pemkot sejak lama. Harapannya ada pembinaan sehingga muncul kesadaran dari pelaku usaha supaya kenaikan wajar dan memberikan transparansi serta kepastian harga, terutama saat peak season. Hal ini karena pelaku kuliner merupakan salah satu ambassador promosi destinasi,” kata dia. Baca juga: Harga Bu Wongso Lemu Dikeluhkan, Pemkot Solo Tak Berkutik.

Apalagi yang cukup mengecewakan, biasanya yang menerapkan “kalkulator rusak” adalah pelaku bisnis kuliner makanan tradisional yang menjadi unggulan Solo. Oleh karena itu, pembinaan dan penertiban dilakukan supaya Solo tidak down grade. Dinas terkait perlu ada edukasi mengenai standard operating procedure (SOP) mengenai peran masing-masing pelaku di industri pariwisata, termasuk pelaku kuliner.

Direktur Gava Holiday, Pri Siswanto, mengaku sering mendengar adanya keluhan mengenai harga makanan yang tinggi. Meski begitu, sebagai travel agent pihaknya selalu meminta transparansi di awal, terutama mengenai harga sebelum membawa rombongan ke suatu lokasi.

Advertisement

“Sebelum menentukan paket biasanya ada survei dulu, termasuk tempat makan. Nasi liwet pernah masuk dalam paket tapi jarang karena tidak semua tamu suka. Selain itu, harganya juga enggak pasti,” kata dia, Kamis (29/6/2017).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif