Jogja
Selasa, 27 Juni 2017 - 02:22 WIB

PASAR TRADISIONAL JOGJA : Serangan Penyedia Arang Kayu untuk Penjual Gudeg

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang arang sedang mengemas arang kayu pesanan pembeli, Selasa (20/6/2017). Arang kayu menjadi salah satu komoditas khas Pasar Serangan, Jogja. (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Pasar tradisional Jogja, Serangan dikenal sebagai sentra arang

Harianjogja.com, JOGJA — Jauh sebelum ada bahan bakar gas dan listrik, masyarakat tradisional memanfaatkan bahan bakar dari kayu atau arang. Pasar Serangan yang berada di Jalan RE Martadinata, Kecamatan Wirobrajan ini telah lama dikenal sebagai pasar yang menyediakan arang untuk kebutuhan bakar rumah tangga masyarakat Jogja.

Advertisement

Pasar Serangan diresmikan kali pertama tahun 1986 dan menjadi salah satu pasar utama bagi masyarakat yang berada di Kelurahan Pakuncen. Selain arang, pasar ini menyediakan berbagai komoditas pokok dan aneka jajanan pasar.

Sejak dulu lapak arang berada di dalam pasar, tepatnya di sisi timur. Jum, salah satu pedagang arang mengaku sudah 25 tahun menjalankan usaha tersebut.

“Usaha ini sudah cukup lama, saya sendiri sudah 25 tahun. Tapi ada beberapa yang sudah lebih dari 30 tahun menjalankan usaha ini,” ujar Jum saat ditemui Harianjogja.com, Selasa (20/6/2017).

Advertisement

Agus Suhadi, penjual arang lainnya, mengaku usaha arang kayu ini dirintis almarhumah ibunya sejak 30 tahun lalu. Kini, Agus melanjutkan usaha tersebut hingga saat ini.

Lebih lanjut Agus mengatakan sejak dulu, penjual arang kayu di dalam pasar ini hanya ada empat toko. Hingga saat ini, usaha arang kayu tersebut masih menjadi rujukan masyarakat yang mencari arang sebagai keperluan bahan bakar.

“Tapi sekarang ini penjualnya semakin banyak. Bukan di dalam pasar tapi berada di luar pasar dan di pinggir jalan. Itu salah satu penyebab pembelian arang di dalam pasar lebih sepi,” papar Agus.

Advertisement

Agus mengungkapkan arang-arang kayu yang dipasok ke lapaknya berasal dari berbagai wilayah, seperti Pacitan, Wonosari dan Kulonprogo. Kebanyakan arang berasal dari pembakaran kayu akasia dan mahoni.

“Pelanggan yang paling banyak adalah bakul gudeg. Karena biasanya proses masak gudeg itu juga tidak hanya pakai kayu bakar tetapi juga arang. Satu plastik jualnya Rp5.000,” jelas Agus.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif