Jogja
Senin, 26 Juni 2017 - 03:20 WIB

WISATA KULONPROGO : Belajar Budidaya Kelengkeng di Tengah Keindahan Embung

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu tanaman kelengkeng yang dibudidayakan, di sekitar Embung Tonogoro, beberapa waktu lalu. Ada beberapa macam jenis kelengkeng yang ditanam di sana, bersama dengan durian dan tanaman sela lainnya. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Kulonprogo kali ini menawarkan potensi alam.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil durian. Namun ternyata, mereka juga mengembangkan beberapa jenis kelengkeng, di sekitaran Embung Tonogoro.

Advertisement

Kalau berekreasi ke Embung Tonogoro, tentu sudah tidak asing lagi dengan pemandangan hijau nan mengagumkan. Ketika embung yang luas, dengan suara gemericik air karena terkena gerak ikan-ikan yang berenang, bersatu dengan gambaran tiga gunung. Merbabu, Merapi dan Sumbing yang berjajar dengan penampilan khas mereka masing-masing. Sekitar 3.000 Hektare lahan di sekitar embung juga menjadi tempat membudidayakan durian. Namun bila dilihat seksama, kelengkeng juga hidup subur di sana.

Ketua Kelompok Tani Sido Maju Banjaroya, Sumiyono menjelaskan ada sekitar 20 batang pohon kelengkeng, yang mulai berbuah. Menurut dia, tanaman kelengkeng yang ditanam di sana dirawat sama seperti tanaman lainnya. Hanya saja, mengingat kelengkeng adalah tanaman manja, maka ancaman pupuk dan hama pengganggu harus lebih mendapat perhatian.

“Biasanya hama jamur, kalau sudah berbuah, musuhnya kelelawar,” ungkapnya, dijumpai beberapa waktu lalu.

Advertisement

Kepala Desa Banjaroya, Anton Supriyono mengatakan, sejak awal Embung Tonogoro diplot sebagai lokasi objek wisata agrowisata. Ia berharap, pariwisata bisa mengembangkan pendapatan masyarakat. Anton mengungkapkan, kelengkeng cocok ditanam di sekitar embung. Di embung yang terkenal dengan monumen durian kuning ikoniknya itu, ada kelengkeng red kristal dan kelengkeng diamond yang dibudidayakan dengan masa tanam sekitar tiga setengah tahun. Seingat Anton, saat panen perdana yang dilakukan belum lama ini, hasil yang didapatkan petani pembudidaya cukup baik.

“Sudah diteliti oleh para ahli, bahwa kelengkeng ini cukup menjanjikan,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif