Jogja
Senin, 26 Juni 2017 - 05:22 WIB

MALARIA KULONPROGO : Pemudik Diminta Lakukan Tes Darah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jentik nyamuk malaria. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Malaria Kulonprogo, penyebarannya coba ditekan.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulonprogo menggalakkan upaya surveilans migrasi malaria pada masa arus mudik. Semua pemudik yang berasal dari daerah beresiko malaria diminta memeriksakan diri sebagai langkah antisipasi.

Advertisement

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulonprogo, Baning Rahayujati mengatakan, pemudik diimbau segera menjalani tes darah setelah sampai di Kulonprogo. Upaya tersebut ditempuh sebagai diagnosa dini terhadap penyebaran penyakit malaria yang mungkin terbawa dari daerah perantauan.

“Mereka harus memeriksakan diri walaupun tidak sedang demam,” kata Baning, Rabu (21/6/2017).

Advertisement

“Mereka harus memeriksakan diri walaupun tidak sedang demam,” kata Baning, Rabu (21/6/2017).

Baning memaparkan, Dinkes Kulonprogo telah melayangkan surat pemberitahuan kepada puskesmas di seluruh wilayah kecamatan untuk mendukung upaya surveilans migrasi malaria selama masa arus mudik. Sosialisasi juga telah dilakukan melalui pemerintah desa agar mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya tes darah bagi anggota keluarga yang datang dari perantauan.

Pemudik bisa melakukan tes darah di puskesmas terdekat. Mereka juga bisa diperiksa oleh juru malaria desa (JMD) apabila puskesmas di daerah setempat tutup. Baning menambahkan, para JMD umumnya sudah memiliki data terkait kantong pemudik di wilayah masing-masing.

Advertisement

Pemkab Kulonprogo menargetkan eliminasi malaria pada 2021 mendatang. Target itu khusus untuk kasus malaria indigenous berupa penularan malaria oleh orang yang sudah terkena penyakit itu kepada orang lain yang masih ada di satu wilayah. Baning lalu mengatakan, sebanyak 38 dari 94 kasus yang terjadi sepanjang 2016 kemarin diketahui sebagai malaria indigenous.

“Ada satu yang tertular lalu menular ke sekitarnya karena tidak terdeteksi lebih dini,” ujar Baning.

Menurut Baning, malaria digenous dapat dicegah jika masyarakat memiliki kesadaran tinggi untuk memeriksakan diri saat mengalami demam. Jika positif malaria, yang bersangkutan dapat segera diobati sebelum mampu menularkan kepada orang lain. Kesadaran serupa juga berlaku pada pencegahan kasus impor atau kasus malaria dari daerah lain yang diduga endemis malaria.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Desa Kebonharjo Samigaluh, Rohmad Ahmadi mengatakan, desanya sempat bebas malaria dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kasus malaria indigenous justru terjadi pada awal 2016 dan menyerang 22 orang. Pihaknya kemudian menerapkan berbagai langkah preventif dengan melakukan fogging, pembagian kelambu, serta penyuluhan kepada warga oleh tim kesehatan.

Pemeriksaan darah bagi tamu dari luar daerah juga dilakukan meski tidak dalam masa arus mudik. “Tamu dari luar daerah bakal kita cek darahnya untuk antisipasi,” ungkap Rohmad.

Jumlah kasus malaria di Kulonprogo
2015 : 122 kasus
2016 : 94 kasus
2017 [sementara] : 3 kasus

Advertisement

Sumber : Dinkes Kulonprogo

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif