Jogja
Senin, 26 Juni 2017 - 02:22 WIB

KISAH INSPIRATIF : Geluti Teater Dari Panggung ke Panggung, Dari Satu Negara ke Negara Lain (1/2)

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jamaluddin Latif saat mementaskan sebuah peran di panggung teater. (dok. Jamaluddin Latif)

Kisah inspiratif berikut mengenai dunia seni teater.

Harianjogja.com, JOGJA — Dunia pertunjukan seni teater telah digeluti oleh Jamal, 42 sejak awal tahun 90-an lalu. Kecintaannya pada dunia seni pertunjukan membuatnya bergerak dari satu negara ke negara lain. Bukan hanya hadir sebagai pemain dalam sebuah pentas, tetapi ada misi tertentu yang ia bawa dari setiap panggung ke panggung.

Advertisement

Jamaluddin Latif telah malang melintang di dunia seni pertunjukkan, khususnya teater dan pantomim. Lahir di Pekalongan, menjadi kota pertamanya mengenal teater saat itu. Meski dikatakannya seni pertunjukkan sama sekali tidak terangkat di daerah asalnya tersebut, namun kenyataannya dari sana lah bekal pertama di dapatkannya.

“Beruntungnya, saat SMA saya bergabung dengan salah satu kelompok teater di Pekalongan. Dari situ menjadi awal mula pertunjukkan saya selanjutnya,” kata dia, saat dijumpai Harianjogja.com beberapa waktu lalu.

Masa SMA menjadi saat bagi Jamal mulai serius menekuni ranah teater. Dimulai dengan mengikuti kelompok teater, ia juga banyak terlibat dalam perlombaan membaca puisi sekaligus memenangkannya. Menginjak tahun 1994, Jamal merantau ke kota Jogja untuk meneruskan pendidikannya di Akademi Seni Drama dan Film (ASDRAFI) selama kurun waktu tiga tahun. Selama itu pula ia banyak mengenal dan belajar dengan kawan-kawannya yang memiliki ketertarikan yang sama pula dengan dunia seni pertunjukkan di antaranya Broto Wijayanto dan Ende Riza. Di luar teater, ia juga mulai belajar mengenala pantomim sebagai salah satu seni pertunjukkan teater.

Advertisement

Tiga tahun berada di Asdrafi, Jamal mulai merasa ingin lebih memperluas jaringan serta ilmu pengetahuannya. Menginjak tahun 1997 ia masuk Institut Seni Indonesia (ISI) dengan mengambil konsentrasi teater. Namun, apa yang dinginkan Jamal dalam tujuan memperluas ilmunya tak kunjung ditemukannya. Bertahan selama sembilan semester akhirnya ia memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikannya di ISI.

Perjuangan Jamal untuk terus belajar dan manambah ilmu tak lantas berhenti begitu saja. Saat ia masih menuntut ilmu di ISI rupanya ia pun telah bergabung dengan kelompok teater Garasi. Bergabung dengan teater garasi membuatnya semakin kencang bergerak melaju dalam dunia seni hiburan tersebut. Jejaknya berkarya pun telah sampai hingga kelas internasional seperti Jepang, Jerman, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura. Hingga 2010 Jamal memutuskan untuk bermain teater secara independent, meskipun dirasakannya jauh lebih sulit, hal tersebut yang membuatnya berkembang dengan berkolaborasi teater dengan berbagai kelompok lainya.

“Karena ingin mandiri, saya mencari jalan sendiri, tantangan jelas lebih berat ketika sendirian, tapi ini keputusan ini yang membuat saya terus belajar mengembangkan diri,” ujar dia.

Advertisement

Bagi Jamal, seni pertunjukkan, terutama teater dan pantomim baginya seperti ia menemukan bahasa pengungkapan pernyataan dari dalam dirinya sendiri. Ia mengaku selama ini tertarik dengan berbagai isu yang berkaitan dengan ranah sosial, politik, ekonomi, budaya dan seni. Lewat teater ia mampu menyampaikan pemikiran-pemikirannya dengan sangat enjoy.

“Lewat teater saya merasa bebas dan merdeka. Istilahnya seperti menemukan ruang untuk mengungkapkan kepada siapapun apa yang saya rasakan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif