Soloraya
Minggu, 25 Juni 2017 - 10:45 WIB

KRISIS AIR WONOGIRI : Pipa PDAM Tak Berfungsi, Warga 6 Desa Ini Sulit Mendapat Air Bersih saat Lebaran

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sejumlah desa di Kabupaten Wonogiri kesulitan air bersih pada Lebaran ini karena pipa PDAM tidak mengalir.
Solopos.com, WONOGIRI — Enam desa di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, kesulitan mendapat air bersih sejak sepekan menjelang Lebaran. Hal itu disebabkan pipa jaringab air PDAM tidak mengalir.
 
Tokoh masyarakat Paranggupito, Sucipto, mengatakan wilayahnya termasuk rawan krisis air bersih terutama pada musim kemarau. Sebelum ada jaringan pipa PDAM warga mengandalkan pemenuhan kebutuhan air dengan membeli air dalam tangki.
“Sejak beberapa waktu lalu, warga yang berada di tepi jalan dan tersambung dengan jaringan pipa PDAM sudah tidak memesan air tangki lagi,” ujarnya ketika dihubungi Solopos.com, Sabtu (24/6/2017).
 
Sementara warga yang tidak tersambung jaringan pipa PDAM tetap mengandalkan air tangki untuk memasok kebutuhan sehari-hari. Namun, jaringan pipa PDAM macet selama sepekan terakhir. Kini semua warga kembali harus membeli air dalam tangki agar kebutuhan air bersih tidak mencukupi.
“Air tangki tidak mencukupi. Siang-malam tidak berhenti, setidaknya 15 mobil air tangki setiap harinya habis untuk satu desa,” imbuhnya.
 
Dia menambahkan setidaknya ada enam desa di Kecamatan Paranggupito yang aliran air pipa jaringan PDAM terhenti, yakni Gunturharjo, Sambiharjo, Paranggupito, Ketos, Songbledeg, dan Gudangharjo.
 
Menanggapi hal tersebut, Direktur PDAM Giri Tirta Sari Wonogiri, Sumardjo, mengakui aliran air ke enam desa di Paranggupito terhenti.  “Kemarin sempat macet karena mengisi bak dulu. Desa yang belum bisa kebagian air biasanya yang berada di daerah atas. Tapi ini kami upayakan. Saat ini kepala unitnya di sana untuk membagi air agar bisa mencukupi kebutuhan warga,” ujarnya ketika dihubungi Solopos.com, Sabtu.
 
Sumardjo menjelaskan aliran air PDAM di Paranggupito menggunakan sistem bergilir.  “Dari dulu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga berbarengan, makanya harus kami bagi secara merata meski hanya sedikit. Semua desa ada pembagiannya sehingga kadang ada yang harus sabar hanya teraliri sedikit,” imbuhnya.
 

 

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif