Jogja
Sabtu, 24 Juni 2017 - 07:22 WIB

GELOMBANG TINGGI PANTAI SELATAN : Nelayan Didorong Jadi Nelayan Kapal, Bukan Perahu

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nelayan pantai selatan Bantul (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Gelombang tinggi Pantai Selatan merusak tetapi juga memberi berkah.

Harianjogja.com, BANTUL — Saat sejumlah rumah makan di sepanjang pesisir Pantai Depok, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek rusak akibat terjangan gelombang tinggi, nelayan justru mengalami hal sebaliknya. Para nelayan di pantai yang berbatasan langsung dengan Pantai Parangtritis tersebut justru panen ikan. Bahkan nelayan setempat memprediksi, paska-Lebaran, kawasan pesisir selatan DIY akan panen raya ikan laut.

Advertisement

Baca Juga : GELOMBANG TINGGI PANTAI SELATAN : Paska-Lebaran Bakal Panen Raya Ikan

Itulah sebabnya, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi terus mengimbau agar nelayan Bantul perlahan bisa mengubah pola kerjanya, dari nelayan harian (perahu) menjadi nelayan kapal. Dengan begitu, ia yakin nelayan akan bisa tetap mendapatkan uang kendati kondisi laut tengah tidak bersahabat.

Terlebih dengan kondisi laut selatan Pula Jawa yang diakuinya berbeda dengan laut di Utara Pulau Jawa. Laut selatan dengan karakter ombak tinggi sepanjang tahun akan menjadi kendala terbesar bagi nelayan harian yang hanya mengandalkan perahu bermesin tempel.

Advertisement

“Dari total 596 nelayan di Bantul, tidak lebih dari 15 orang saja yang jadi nelayan kapal,” keluhnya, Jumat (23/6/2017).

Terpisah, Fakhrudin Al-Rozi, Ketua Koperasi Nelayan Bantul Inka Bantul VII Projomino. Pengelola kapal berkapasitas 30 groos ton itu mengakui sulitnya mencari nelayan dari warga pesisir di Bantul.

Kendala terbesar yang dialami Rozi adalah tidak adanya ikatan, baik emosional maupun historis warga pesisir dengan laut. Diakuinya, warga bantul baru mengenal laut sekitar tahun 1990-an. Kebanyakan warga masih percaya bahwa laut selatan adalah wilayah mistis yang sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa mereka.

Advertisement

“Jadi, kalau boleh saya simpulkan, nenek moyang pelaut itu tidak berlaku di Bantul. Karena nenek moyang mereka adalah petani, pekerja seni, dan tenaga pendidik,” tegasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif