News
Rabu, 21 Juni 2017 - 10:15 WIB

DIES NATALIS UNISRI SOLO : Mahfud MD: Perguruan Tinggi Harus Mampu Cetak Cendekiawan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, menyampaikan orasi ilmiah dalam Peringatan Dies Natalis ke-37 Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo di gedung auditorium kampus setempat, Rabu (21/6/2017). (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Dies Natalis Unisri Solo ke -37 diperingati dengan orasi ilmiah oleh Mahfud MD.

Solopos.com, SOLO — Perguruan tinggi diharapkan jangan hanya mampu mencetak sarjana melainkan juga harus mampu mencetak manusia intelektual atau cendekiawan.

Advertisement

Hal itu ditegaskan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, saat menyampaikan orasi ilmiahnya dalam Peringatan Dies Natalis ke-37 Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo yang digelar di gedung auditorium kampus setempat, Rabu (21/6/2017).

Melalui orasi ilmiah dengan tema Tanggung jawab Perguruan Tinggi dalam Menyiapkan Generasi Berintegritas dan Sensitif terhadap Masalah Hukum dan Keadilan tersebut, Mahfud menjabarkan meskipun jenjang pendidikan di perguruan tinggi secara formal ijazahnya disebut sarjana seperti sarjana strata 1 (S1), sarjana strata 2 (S2) atau magister, dan sarjana strata 3 (S3) atau doktor, ada perbedaan antara sarjana dan cendekiawan.

“Sarjana menjadi gelar akademik bagi mereka yang menguasai bidang ilmu tertentu secara teknis-metodologis yang biasanya dilepaskan dari nilai-nilai di luar ilmu sehingga Iptek [ilmu pengetahuan dan teknologi] diperlakukan sepenuhnya sebagai bebas nilai. Sedangkan cendekiawan adalah mereka yang selain menguasai bidang ilmunya secara teknis-metodologis juga mempunyai sikap dan integritas moral untuk bertanggung jawab bagi kemajuan masyarakatnya,” ujar Mahfud.

Advertisement

Sehingga Mahfud berharap agar dalam menjalankan misinya, Unisri kelak bukan hanya mencetak sarjana tetapi lebih dari itu harus bisa mencetak manusia intelektual atau cendekiawan. Di tangan cendekiawan, Mahfud menegaskan, Iptek selalu diorientasikan pada nilai-nilai kebaikan untuk membangun masyarakat, bukan sekadar implementasi dari hasil temuan-temuan rasional ilmiah.

Mahfud menambahkan saat ini banyak ditemui lulusan perguruan tinggi yang tidak berintegritas, sehingga bukan hanya tidak bisa memberi nilai positif bagi pembangunan bangsa dan negara tetapi malah banyak yang merusak kehidupan bangsa dan negaranya karena suka melakukan korupsi dan kolusi untuk mencari kesenangan-kesenangan duniawi.

Dia menyebut para pelaku korupsi dan kolusi di birokrasi itu pada umumnya adalah sarjana yang bukan hanya lulusan S1 tetapi juga sudah lulus S3 dengan gelar akademik doktor. Bahkan juga tidak sedikit yang sudah mendapat jabatan akademik profesor.

Advertisement

“Mereka mempunyai ilmu tetapi tidak berintegritas sehingga kehadirannya tidak membawa kemajuan melainkan malahan ikut menyebabkan kerusakan,” imbuh Mahfud.

Selain itu pada saat ini banyak juga lulusan perguruan tinggi yang apatis terhadap keadaan. Mereka tidak sensitif terhadap lemahnya penegakan hukum dan keadilan yang kini sudah mulai semakin menggejala di tengah-tengah bangsa ini.

Jika perilaku yang tidak berintegritas dan sikap apatis ini diabaikan begitu saja maka sungguh suram masa depan bangsa Indonesia.

“Itulah sebabnya perguruan tinggi sebagai tempat persemaian generasi penerus perjuangan bangsa mempunyai tanggung jawab untuk mencetak generasi yang berintegritas dan sensitif terhadap penegakan hukum dan keadilan sesuai dengan amanat para pendiri negara yang dituangkan di dalam dasar ideologi dan konstitusi negara,” ungkap Mahfud.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif