Jogja
Minggu, 18 Juni 2017 - 03:23 WIB

KOMODITAS PANGAN : Masalah Bawang Putih, Masalah Selera

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pedagang di Pasar Beringharjo menunjukkan bawang putih jenis sinco, Jumat (15/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Komoditas pangan harga bawang putih masih tinggi

Harianjogja.com, JOGJA — Harga bawang putih masih stabil tinggi di kisaran Rp65.000-an. Masyarakat diminta mengganti konsumsi bawang putih kating menjadi bawang putih sinco yang harganya lebih murah.

Advertisement

Baca Juga : LALU LINTAS SLEMAN : Hindari Macet, Jangan Mudik Lewat Jalur Kota
Deputi Gubernur Bank Indonesia DIY Hilman Tisnawan mengatakan, permasalahan bawang putih erat kaitannya dengan masalah kesukaan atau selera. Ada orang yang suka mengonsumsi bawang sinco, tetapi ada yang suka bawang kating. Namun di lapangan lebih banyak dijumpai pecinta kating dengan alasan aroma dan rasanya lebih kuat. Banyaknya konsumen yang lari ke bawang kating membuat harga jualnya tinggi, ditambah lagi dengan momentum Ramadan seperti ini, harganya semakin tak terkendali.

Menurutnya memang ada kecurigaan pasokan bawang putih ditahan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tetapi pihaknya belum dapat memastikan apakah benar ada permainan bawang putih di balik fenomena harganya yang fantastis beberapa bulan terakhir.

“Dengan keputusan Pemerintah yang akan mengimpor [bawang putih] seharusnya [bawang putih yang kemungkinan ditahan] segera diturunkan, ya meski memang bawang putih itu lebih tahan,” tuturnya, Jumat (16/6/2017).

Advertisement

Belum lama ini, Pemerintah mengatur harga eceran tertinggi (HET) tiga komoditas yaitu minyak goreng menjadi Rp11.000 per kg, gula pasir Rp12.500 per kg, dan daging sapi Rp80.000 per kg. Namun khusus untuk bawang putih, menurutnya pemerintah tidak melakukan  pengaturan dengan HET. “Tidak di-HET-kan karena bawang itu bisa disubstitusikan [diganti dengan komoditas lain],” tuturnya.

Berdasarkan pantauan yang dilakukan Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), ditemukan bahwa pasokan bawang putih di pasar tradisional sedang menurun sehingga menyebabkan kenaikan harga. Sri Apriani selaku Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI DIY mengatakan, Pasar Beringharjo yang pasokan sehari bisa mencapai 2 ton, saat ini hanya 0,5 ton saja. “Jadi kan ada kelangkaan padahal kita sudah impor,” katanya.

Oleh karena itu, TPID akan melibatkan peran Bulog untuk melakukan suplai ke pasar. Berdasarkan koordinasi yang telah dilakukan, pekan depan Bulog akan mendatangkan bawang putih dalam jumlah yang lebih banyak tetapi untuk yang jenis sinco.

Advertisement

Kepala Perum Bulog Divre Diy Miftahul Ulum mengatakan, sebenarnya dari segi rasa dan aroma antara bawang kating dengan sinco tetap sama. Yang membuat kating lebih mahal adalah butuh tenaga untuk memilah-milah menjadi bentuk bijian, bukan gerombolan.

Sampai saat ini, izin impor yang diberikan Pemerintah kepada Bulog sendiri masih terbatas pada bawang sinco sehingga Bulog hanya bisa menyediakan bawang sinco untuk masyarakat. “Karena [sinco] lebih murah. Kalu ambil lebih mahal kan nanti di pasaran juga tetap mahal,” kata Mifta saat buka bersama media massa di Bale Raos Jogja, Kamis (15/6/2017).

Pola operasi pasar yang dilakukan yang dilakukan Bulog saat ini sedikit berubah. Dulu, operasi pasar dilakukan di pasar tetapi saat ini dilakukan melalui otlet-otlet rumahan yang sudah bekerja sama agar masyarakat semakin mudah untuk menjangkaunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif