Jogja
Jumat, 16 Juni 2017 - 05:22 WIB

TIONGHOA JOGJA : Tarik Minat Jadi Laoshi dengan Beasiswa ke Tiongkok

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu peserta mengikuti lomba Bahasa Mandarin dalam acara Mandarin Festival yang diselenggarakan Mei 2017 lalu. (IST/dok. APPBMI DPD DIY)

Tionghoa Jogja membutuhkan tenaga guru mandarin.

Harianjogja.com, JOGJA — Jumlah guru Bahasa Mandarin di wilayah DIY terbilang masih minim. Saat ini jumlah pengajar yang tergabung dalam Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin (APPBMI) hanya 21 orang.

Advertisement

“Idealnya kalau DIY itu lebih dari 50 pengajar tapi kalau dilihat dari anggota APPBMI sendiri saja baru sekitar 21,” kata Ketua APPBMI DPD DIY Nicodemus Sanny pada Harianjogja.com, Rabu (14/6/2017).

Berbagai cara dilakukan agar masyarakat tertarik untuk menjadi pengajar Bahasa Mandarin atau yang biasa akrab disapa laoshi. Salah satu yang dilakukan adalah menawarkan beasiswa belajar Bahasa Mandarin langsung ke universitas ternama di Tiongkok setiap tahun.

“Tiap tahun tawarkan beasiswa, supaya pulang jadi laoshi,” ujarnya. Tahun ini, ada empat kali beasiswa S1, dua kali S2, dan satu kali diklat yang ditawarkan.

Advertisement

Sanny mengatakan, minimnya pengajar Bahasa Mandarin menurutnya membawa imbas pada jumlah peserta dalam setiap lomba Bahasa Mandarin yang sedikit.

Pada Mei lalu, lomba tahunan Mandarin Festival juga baru saja digelar. Lomba yang mengangkat tema Hari Raya Tradisi Tionghoa ini diikuti peserta dari tingkat SD dan SMP dengan jumlah 115 siswa. Mereka berasal dari beberapa sekolah saja.

Sanny mengatakan, dari segi peserta memang jumlah sekolah tidak banyak berubah. “Ini bisa akibat banyak sekolah yang ingin mengadakan pembelajaran Bahasa Mandarin tapi tidak berhasil mendapatkan laoshi karena SDM masih sangat terbatas,” ungkapnya.

Advertisement

Namun jika dilihat dari sisi tingkat kesulitan soal dalam lomba Bahasa Mandarin semakin tinggi. Terutama untuk tingkat SMP karena menjadi kesempatan untuk mempersiapkan anak-anak ikut lomba tingkat SMA yang sudah ada tingkat nasionalnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa (BKPBT) DIY ini mengatakan Mandarin Festival sendiri sudah menginjak tahun ke-10.

“Tujuan diselenggarakannya acara lomba Mandarin Festival ini adalah sebagai sarana untuk menunjukkan serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Mandarin,” tuturnya.

Sanny mengatakan, dari setiap lomba Bahasa Mandarin yang pernah dilaksanakan, semuanya mengusung misi yang sama yaitu menjadi tolak ukur perkembangan Bahasa Mandarin di DIY.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif