Jogja
Rabu, 14 Juni 2017 - 16:20 WIB

RAMADAN 2017 : Razia Gelandangan dan Pengemis Diintensifkan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Satuan Polisi Pamong Praja DIY akan segera mengintensifkan operasi penertiban untuk menjaring gelandangan dan pengemis

Harianjogja.com, JOGJA–Satuan Polisi Pamong Praja DIY akan segera mengintensifkan operasi penertiban untuk menjaring gelandangan dan pengemis (gepeng) yang biasanya semakin banyak menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Advertisement

“Patroli akan kami intensifkan H-10 Idul Fitri karena biasanya gepeng banyaknya menjelang Idul Fitri, kalau awal bulan puasa itu masih normal. Operasi penertiban akan diintensifkan di permukiman dan tempat ibadah,” ujar Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Satpol PP DIY, Lilik Andi Ariyanto, ketika dihubungi Selasa (13/6/2017).

Meningkatnya jumlah gepeng menjelang Idul Fitri, menurutnya terjadi karena pada hari-hari tersebut orang biasanya sedang rajin-rajinnya beramal dan berzakat.
Ia mengatakan keberadaaan gepeng di DIY sangat sulit dihapus, padahal Satpol PP DIY telah melakukan operasi penertiban gepeng setiap bulan.

“Setiap bulan bisa dua sampai tiga kali operasi. Setiap operasi pasti menertibkan 10 sampai 15 orang, termasuk orang gila juga.” jelasnya.

Advertisement

Sementara untuk operasi penertiban yang dilakukan Satpol PP DIY dari Januari sampai Mei 2017, ada sekitar 120 gepeng yang terjaring. 120 gepeng tersebut, imbuh Lilik, sudah diserahkan ke Dinas Sosial untuk mendapatkan pembinaan.

Untuk menghindari operasi penertiban, gepeng saat ini, kata Lilik punya modus operandi baru. Ia mengatakan gepeng saat ini tidak suka mangkal di perempatan jalan karena sudah tahu tempat tersebut sering menjadi sasaran operasi dan pengendara sudah enggan memberikan uang.

Menurut Lilik, gepeng sekarang lebih suka beroperasi didaerah permukiman dan perkampungan serta selalu berpindah-pindah untuk menghindari operasi penertiban.

Advertisement

“Biasanya paling banyak memang di dalam Ring Road, tapi mereka sering pindah-pindah. Misalnya di Prambanan rame, setelah ditindak pindah ke Ring Road Utara, setelah di cari ke Ring Road, pindah lagi ke Jalan Magelang,” katanya.

Lilik mengatakan gepeng sulit ditindak karena tindakan mengemis bagi pelakunya sudah menjadi perilaku dan kebiasaan. Kesimpulan ini didapat Lilik setelah dirinya kerap kali menjaring gepeng yang sama berkali-kali.

Penyebab lain menurutnya adalah habit masyarakat yang masih merasa tidak tega ketika melihat keberadaan gepeng, sehingga langsung memberi uang begitu saja saat ada gepeng yang meminta-minta.

“Kalau untuk menghilangkan semuanya susah, karena faktor-faktor di atas. Yang bisa adalah keberadaanya diminimalisir dengan operasi penertiban,” jelas Lilik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif