SOLOPOS.COM - Warga menggali fosil di Desa Banjarejo, Gabus, Grobogan, Jateng, Selasa (13/6/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)
Cagar budaya Grobogan diekskavasi liar oleh petani.
Penggalian dalam rangka pencarian benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai cagar budaya mestinya merupakan wewenang pemerintah. Nyatanya, Selasa (13/6/2017), Kantor Berita Antara memublikasikan foto warga Desa Banjarejo, Gabus, Grobogan, Jawa Tengah (Jateng) yang sedang menggali fosil di lahan pertanian setempat. Tak disebutkan oleh kantor berita pelat merah itu tentang adanya lembaga arkeologi yang memandu penggalian mereka. Padahal, UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya nyata mensyaratkan ekskavasi semacam itu hanya dapat dilakukan melalui penelitian.
Ekskavasi liar fosil Stegodon di Desa Banjarejo, Gabus, Grobogan, Jateng, Selasa (13/6/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)
Penemuan fosil oleh petani berupa sepasang gading, sepasang kaki depan, sepasang kaki belakang, tulang belakang, dan tulang rusuk itu diperkirakan bagian tubuh gajah purba raksasa (Stegodon) yang berusia 1,2 juta tahun. Sesuai ilmu Akeologi, penemuan cagar budaya semacam yang dilakukan petani Grobogan itu mestinya diasumsikan insitu atau di tempat aslinya hingga dipastikan melalui penelitian. Karena itu, pengangkatannya dari tanah mestinya tercatat secara terperinci untuk analisis lebih lanjut.
Pasal 103 UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan pelanggaran atas ketentuan tersebut bisa berakibat pidana penjara bagi warga Grobogan pelaku ekskavasi liar itu paling singkat tiga bulan dan paling lama 10 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp150 juta dan paling banyak Rp1 miliar.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
