Jogja
Rabu, 14 Juni 2017 - 05:22 WIB

2025, Pendidikan DIY Terkemuka di Asia Tenggara, Ini Strateginya

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pendidikan (JIBI/Solopos/Dok)

Pendidikan DIY ditargetkan memimpin di Asia Tenggara

Harianjogja.com, JOGJA — Pemerintah Daerah (Pemda) DIY berupaya mewujudkan visi pendidikan 2025, Jogja menjadi pusat pendidikan terkemuka di Asia Tenggara. Dewan Pendidikan DIY sepenuhnya mendukung visi tersebut dengan mengusulkan rayonisasi agar terjadi pemerataan pendidikan, sehingga siswa pandai tidak menumpuk di sekolah favorit yang ada di perkotaan.

Advertisement

Kepala Disdikpora DIY Baskara Aji menyatakan, untuk mewujudkan pendidikan DIY terkemuka di Asia Tenggara, pihaknya terus membangun kualitas dan memeratakan pendidikan ke seluruh DIY. Berbagai strategi sudah dilakukan, seperti membuat regulasi tentang pendidikan berbasis budaya, meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, bukan saja dari sisi akademik namun juga sisi karakter.

“Kemudian kami juga melakukan kerja sama dengan dunia usaha industri, supaya lulusan SMK lebih berkualitas dan siap memasuki dunia kerja. Supaya visi DIY tahun 2025 menjadi pendidikan terkemuka bisa kita raih,” ungkapnya, Selasa (13/6/2017).

Ketua Dewan Pendidikan DIY Danisworo akan mencoba mengusulkan agar rayonisasi itu bisa berjalan di Jogja. Sehingga penduduk yang tinggal di Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dan Sleman tidak usah mengejar sekolah ke Jogja yang dinilai favorit. Sehingga hal itu dapat mengurangi kepadatan lalu lintas dan terpenting, dapat memeratakan kualitas pendidikan di DIY.

Advertisement

“Rayonisasi, kalau sudah rayonisasi ini anak kalau sudah lulus SMP tidak usah ke Jogja untuk mencari SMA tapi cukup bersekolah di daerahnya. Ini dari SD, SMP, SMP tidak perlu tes lagi, asal itu tidak satu rayon. Nah tetapi itu tidak mudah,” terangnya.

Usulan itu sebagai salahsatu dukungan untuk Pemda DIY, terkait visi bahwa tahun 2025, DIY menjadi pusat pendidikan dan tujuan wisata terkemuka di asia tenggara. Karena fakta yang terjadi, banyak calon siswa sebelum mendaftar, mereka sudah pindah penduduk ke Kota Jogja agar memiliki peluang lolos seleksi. Ke depan hal itu yang harus dihindari.

“Karena bisa saja yang sekolah itu bukan anak Jogja tetapi pendatang, ada beberapa SMA yang favorit ternyata orangtuanya tinggal di luar Jogja, luar DIY tetapi punya KTP di Jogja,” imbuh dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif