Jogja
Selasa, 13 Juni 2017 - 22:22 WIB

KEKERINGAN KULONPROGO : Volume Pengairan Dikurangi, Waduk Sermo "Siaga"

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Harian Jogja)

Kekeringan Kulonprogo diatasi dengan mengurangi volume air waduk.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Volume air Waduk Sermo yang dialirkan ke sektor pertanian dikurangi, hal tersebut sebagai bentuk upaya menyeimbangkan kebutuhan air pertanian dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), agar tidak terjadi kekeringan.

Advertisement

Kepala Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPKP) Kulonprogo, Hadipriyanto mengungkapkan, persediaan air Waduk Sermo untuk pertanian, saat ini mulai menipis. Dari level elevasi atau ketinggian normal seharusnya 136,60 meter di atas permukaan air laut (mdpl), saat ini tinggal 133,84 mdpl. Diperkirakan pada 25 Juni 2017 ketinggian air hanya mencapai 124 mdpl.

Padahal bila sudah mencapai ketinggian 124 mdpl, air waduk tidak lagi diperbolehkan digunakan untuk mengairi pertanian, melainkan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan PDAM. Sehingga, dari jatah pengairan yang seharusnya bisa mengalirkan maksimal dua meter kubik per detik, sampai akhir Juni 2017. Harus diubah menjadi 1,5 meter kubik per detik saja.

“Persediaan air di Waduk Sermo sudah pada posisi siaga kekeringan. Pengurangan air yang dikeluarkan tadi sudah berdasarkan koordinasi rutin,” kata dia, Senin (12/6/2017).

Advertisement

Petugas Operasional dan Pemeliharaan (OP) Sistem Kalibawang, Bidang Pengairan Dinas PUPKP Kulonprogo, Basito menjelaskan pengurangan aliran air dari Waduk Sermo berdampak pertanian di Kamal dan sebagian wilayah Kecamatan Pengasih. Menurutnya, sesuai kesepakatan bersama dan mengacu tata tanam tahunan 2016/2017, saat ini Kulonprogo memasuki masa panen padi untuk golongan dua di sistem Kalibawang. Termasuk di daerah pertanian yang mendapatkan suplai air dari Waduk Sermo.

“Sebagian petani ada yang mengulur-ulur waktu tanam, ada yang sekarang sedang mulai tanam padi. Kalau sudah begitu, petani harus mencari sumber air alternatif jika persediaan air tidak cukup sampai panen,” ungkapnya.

Aliran air dari saluran irigasi Kalibawang dijadwalkan akan dimatikan mulai 16 Juli sampai 31 Juli 2017. Air dialirkan kembali 1 Agustus untuk tanam padi MT pertama di persawahan golongan 1, imbuhnya. Hal itu sudah sesuai seperti yang diatur dalam Peraturan Bupati No. 29/2016 tentang Tata Tanam Tahunan. Tidak dialirkannya air selama kurang lebih setengah bulan, merupakan pengeringan rutin sesuai tata tanam palawija pada MT 3. Bagi petani yang mengulur-ulur waktu tanam padi pada MT 2, diperkirakan akan kehilangan masa tata tanam palawija.

Advertisement

Ia menerangkan, bila seluruh petani di wilayah tertib masa tanam, saat ini di Banjararum seharusnya sudah memasuki masa tanam palawija, namun karena masih adanya petani yang tidak tertib tanam, maka masih ada sawah yang ditanami padi. Kondisi ini berdampak pada suplai air ke selatan Kulonprogo menjadi terganggu, dan golongan dua menjadi agak kekurangan air. Namun ia mengungkapkan, hari ini persediaan air untuk pertanian masih dalam situasi aman.

“Ini menjadi alasan kenapa selama ini kami berharap para petani bisa tertib masa tanam,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif