News
Rabu, 7 Juni 2017 - 10:10 WIB

SOLOPOS HARI INI : Soloraya Hari Ini: Tembok Ambruk, 2 Pekerja Meninggal

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Rabu, 7 Juni 2017.

Solopos hari ini memberitakan kabar-kabar terkini di Soloraya.

Solopos.com, SOLO – Tembok di sebuah angunan tua di Jl. Ir. Juanda, Kampung Balong RT007/RW009, Sudiroprajan, Jebres, Solo, ambruk, Selasa (6/6) siang. Peristiwa tersebut memakan dua korban jiwa dari pekerja.

Advertisement

Berita mengenai kecelakaan kerja di Solo itu menjadi berita halaman Soloraya, Harian Umum Solopos, Rabu (7/6/2017)/ Selain itu ada liputan tentang ngabuburit di halaman Pabrik Gula (PG) Colomadu, Karanganyar, dan berita tentang nasib penggilingan padi di Delanggu, Klaten.

Simak cuplikan berita halaman Soloraya Harian Umum Solopos, edisi Rabu 7 Juni 2017;

Advertisement

Simak cuplikan berita halaman Soloraya Harian Umum Solopos, edisi Rabu 7 Juni 2017;

KECELAKAAN KERJA: Tembok Ambruk, 2 Meninggal

Dua pekerja bangunan meninggal dunia akibat tertimpa tembok bangunan tua di Jl. Ir. Juanda, Kampung Balong RT 001 /009, Sudiroprajan, Jebres, Solo, Selasa (6/6).

Advertisement

Namun, saat sedang menggempur tembok bagian atas, tiba-tiba tembok sepanjang 15 meter dengan ketinggian 1 meter ambruk dan menimpa dua pekerja.

Akibat kejadian tersebut, dua pekerja meninggal dunia di lokasi kejadian. Kedua korban meninggal dunia yakni Parman, 36, warga Dukuh Gemblung Kulon RT 004 /RW 001, Desa Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar dan Suparmo, 46, warga Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.

Sementara, pekerja yang selamat adalah Darmadi, 27, warga Desa Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar dan pengendara sepeda motor Widodo, 30, warga Sawahan, Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

Advertisement

Simak selengkapnya: http://epaper.solopos.com

KEGIATAN RAMADAN: Ngabuburit Asyik di Antara Musik Akustik

Sekumpulan remaja mulai memenuhi pelataran Pabrik Gula (PG) Colomadu, Karanganyar, Selasa (6/6) sore. Di sudut lain, serombongan keluarga juga ikut memasuki kawasan heritage yang rencananya dibangun sebagai pusat hiburan baru di Kota Bengawan ini. Booth makanan dan fashiontertata berjajar seolah menyambut kedatangan para pengunjung acara ngabuburit bertajuk Ramadhan Hari Ini yang berlangsung hingga tengah malam.

Advertisement

Panggung acara dibuat menarik dengan berbagai pernik Ramadhan untuk mengundang simpati para pengunjung remaja. Aksen kekinian seperti kursi yang dibuat dari bekas tong, dan perabot lainnya turut ambil bagian dalam acara kreatif anak muda Solo tersebut. Ditambah berbagai Instalasi dari lampu hias dan hiasan styrofoam, lokasi acara semakin terlihat layak foto.

Sementara dendang musik akustik oleh Start Your Day Band mengalun menemani para pembeli menunggu detik-detik waktu berbuka puasa. Kolaborasi musik akustik berbagai genre yang bakal dipentaskan hingga tengah malam seolah menjadi angin segar di tengah hiruk pikuk pengunjung bazar Ramadhan yang didukung oleh Event Organizer (EO) Next Project dan PP Properti PT. Sinergi Colomadu tersebut.

Simak selengkapnya: http://epaper.solopos.com

PENGOLAHAN PADI: Usaha Penggilingan Padi Konvensional di Delanggu Sekarat

Sejumlah usaha penggilingan padi di Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu, Klaten kondisinya memprihatinkan. Dari sekitar 11 unit penggilingan padi, kini hanya tersisa lima unit. Itu pun tak setiap pekan beroperasi.

Sekretaris II Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten, Atok Susanto, mengatakan kembang-kempisnya usaha penggilingan itu disebabkan padi dari petani dibeli tengkulak besar lalu diangkut ke luar daerah seperti Jawa Timur. “Ini tengkulak bermodal besar. Sedangkan penggilingan padi modalnya kecil-kecil. Mereka tak mampu bersaing,” kata Atok, saat dihubungi Espos, Selasa (6/6).

Tengkulak besar, menurut Atok, memiliki mesin berteknologi tinggi untuk mengolah gabah menjadi padi yang bagus namun dijual murah. Mereka biasanya mengoplos beberapa jenis beras sehingga biaya produksi bisa ditekan. “Berbeda dengan penggilingan konvensional. Mereka membeli gabah dari petani dengan harga tinggi. Jadi enggak mampu kalau harus dijual murah,” terang dia.

Dia berharap pemerintah bisa mengambil langkah untuk membatasi praktik tersebut. Langkah yang bisa ditempuh antara lain dengan mengawasi praktik pengoplosan beras untuk menelusuri asal beras dan jalur distribusinya.

Kepala Desa Tlobong, Parjo, me-ngatakan berkurangnya jumlah penggilingan padi itu disebabkan maraknya penggilingan padi bergerak di wilayahnya. Penggilingan padi bergerak lebih disukai oleh warga karena lebih murah, tak merepotkan warga, dan hasil beras lebih banyak dibandingkan dengan tempat penggilingan biasa. “Kendati banyak yang menyukai, tak sedikit warga yang mengeluhkan kebul penggilingan ini. Bau asap dan tiba-tiba bikin gatal-gatal di tubuh,” kata Parjo, saat ditemui Esposdi kantornya, Selasa.

Simak selengkapnya: http://epaper.solopos.com

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif