Soloraya
Selasa, 6 Juni 2017 - 12:00 WIB

PERTANIAN KLATEN : 311 Ha Lahan Padi Diserang Wereng, Petani Sebaiknya Lakukan Ini

Redaksi Solopos.com  /  Ariyanto Mahardika  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota TNI mengikuti pelatihan pertanian di Sidowayah, Polanharjo, Klaten, Rabu (12/8/2015). Setiap anggota TNI dituntut untuk mengetahui ilmu di bidang pertanian, termasuk cara menggunakan alat tanam padi atau transplanter. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, hama wereng menyerang tanaman padi di sawah.

Solopos.com, KLATEN— Petani di Klaten terbiasa menanam sendiri-sendiri sehingga waktu panen dan waktu tanam beragam. Kondisi demikian menghambat pengendalian wereng batang cokelat. Pada musim ini hama tersebut menyerang tanaman padi di lahan seluas 311 hektare di 18 kecamatan.

Advertisement

Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Delanggu, Ridwan Nur, mengatakan sebanyak 16 desa di Delanggu secara aktif menggelar gerakan pengendalian (gerdal) wereng sejak April lalu.

“Secara umum semua ada serangan wereng. Tapi bukan berarti puso,” kata Ridwan, saat ditemui solopos.com di Kantor Dinas Pertanian Ketahana Pangan dan Perikanan (DPKPP) Kabupaten Klaten, Senin (5/6/2017).

Untuk mengatasi serangan wereng, Ridwan mengajak petani agar melakukan pola tanam serentak. Selama ini pola tanam padi di kalangan petani Delanggu sangat beragam. Akibatnya, setiap pekan selalu ada yang tanam padi dan ada pula yang panen. “Itu yang menyebabkan ketersediaan makanan untuk wereng tetap ada,” terang dia.

Advertisement

Tak hanya itu, pengaturan pestisida juga belum terkontrol. Petani banyak yang mencampur pestisida untuk memberantas wereng. Akibatnya, wereng menjadi imun.

“Kami tak salahkan petani. Itu sudah betul tapi sebaiknya gunakan yang dianjurkan Dinas,” ujar Ridwan. Kendati populasi wereng mulai turun, ia harus tetap harus hati-hati karena kelembapan tanah masih tinggi.

Terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Perlindungan Tanaman dan Rehabilitasi Lahan, Iwan Kurniawan, mengatakan pengendalian hama harus terpadu dan melibatkan semua stakeholders. Selain pengaturan masa tanam serentak, DPKPP menggiatkan sistem budi daya yang sehat termasuk di antaranya pemilihan varietas tahan wereng seperti Inpari 13, Inpari 33, Inpari 28, Pak Tiwi, Bondoyudo, dan sebagainya.

Advertisement

Petani juga diimbau menanam bunga mencolok seperti refugia yang berfungsi sebagai rumah musuh alami wereng. Jadi musuh alami wereng seperti laba-aba juga bisa berkembang. “Kalau populasi wereng di bawah 20 per rumpun efektif dengan pengendalian agen hayati dengan musuh alami,” urai Iwan.

Tak hanya itu, jarak tanam juga diatur dengan sistem jajar legawa. Pengaturan sistem irigasi juga tak lagi membiarkan sawah digenangi  air sepanjang waktu sebab wereng berkembang biak karena kondisi lembap. “Ada masa tanah mengalami retak-retak rambut. Setiap 10 hari air diatur bisa mengurangi perkembangan wereng,” tutur dia.

Petani juga diimbau agar menggunakan pestisida secara tepat dosis dan tepat waktu. Petani biasanya menggunakan dua sampai tiga tanki pestisida per patok sawah. Padahal, satu patok sawah minimal membutuhkan enam-tujuh tanki pestisida. “Jangan gunakan pestisida yang mahal-mahal tapi yang kami anjurkan,” imbau Iwan.

DPKPP memberikan bantuan sebanyak 860 kg dan 1.700 liter pestisida untuk pengendalian wereng. Bantuan itu merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk pengendalian terutama di wilayah dengan populasi melebihi ambang batas.

Advertisement
Kata Kunci : Pertanian Klaten
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif