Jogja
Senin, 5 Juni 2017 - 17:20 WIB

Status Gunung Merapi Masih Normal

Redaksi Solopos.com  /  Galih Eko Kurniawan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas BPPTKG DIY melihat alat pemantau getaran aktivitas Merapi di Kantor BPPTKG DIY, Jalan Cendana, Kota Jogja, Senin (5/6/2017). (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Petugas BPPTKG terus memantau aktivitas Merapi melalui empat titik seismograf yang dipasang

Harianjogja.com, JOGJA—Gempa guguran yang terjadi di Gunung Merapi sempat terjadi peningkatan, terutama pada Minggu (4/6/2017). Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY menyatakan status Merapi masih normal.

Advertisement

Baca juga : GUNUNG MERAPI : Gempa Guguran Sempat Meningkat

“Status gunung teraktif di dunia itu masih normal,” ungkap Kepala BPPTKG DIY, I Gusti Made Agung Nandaka, Senin (5/6/2017). Petugas BPPTKG terus memantau aktivitas Merapi melalui empat titik seismograf yang dipasang, seperti di Stasiun Pusunglondon, Plawangan, Deles dan Klathakan.

Sebelumnya, berdasarkan rekap pantauan seismograf atau alat pencatat getaran aktivitas Merapi milik BPPTKG DIY , tampak pada Minggu (4/6/2017) sekitar pukul 14.20 WIB, menyisakan banyak coretan. Di waktu tersebut terjadi gempa dengan durasi sekitar 90 detik. Merupakan peningkatan aktivitas yang terjadi secara signifikan dibandingkan dengan pola aktivitas hari-hari atau jam sebelumnya.

Advertisement

Made mengakui pada Minggu itu memang terjadi peningkatan gempa guguran. Namun, hal itu tergolong normal karena dalam rekapitulasi sehari selama 24 jam, biasanya juga terjadi guguran hingga belasan atau puluhan kali.

Gempa guguran itu bukan berasal dari aktivitas di dalam perut Merapi melainkan dimungkinkan karena gempa tektonik yang terjadi sekitar pukul 14.48 pada Minggu (4/6/2017) di area sekitar Gunung Merapi.

Gempa guguran yang terjadi secara visual adalah jatuhnya material yang berada di sekitar dinding ke dalam kawah. Material itu diakuinya tergolong kecil. Meski demikian, aktivitas secara detail guguran itu tak terlihat di CCTV.

Advertisement

Namun, Made mengakui memang guguran yang terjadi intensitasnya lebih sering. Tetapi hal itu dinilai masih normal karena pada hari-hari biasa juga kadang aktivitas yang terjadi demikian. Seringnya terjadi gempa guguran itu karena kondisi batuan puncak Merapi yang tidak stabil.

Goncangan gempa tektonik dapat memicu terjadinya guguran material di puncak Merapi. “Kemudian asap juga belum ada perubahan, masih seperti biasa. Kalau gunung api pasti ada asapnya, itu normal,” ujar Made.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif