Jogja
Sabtu, 3 Juni 2017 - 07:22 WIB

PERTUMBUHAN EKONOMI : Masuk Siklus Ramadan-Lebaran, Inflasi Jogja Meningkat

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (Dok/JIBI)

Pertumbuhan ekonomi DIY turut dipengaruhi harga bawang putih

Harianjogja.com, JOGJA — Selama bulan Mei, Jogja mengalami inflasi sebesar 0,33%, lebih tinggi dibandingkan bulan lalu. Mahalnya harga bawang putih menjadi salah satu pemicu inflasi Jogja dengan andil mencapai 27,14%.

Advertisement

Baca Juga : PERTUMBUHAN EKONOMI : Bawang Putih Picu Kenaikan Inflasi Jogja 0,33%

Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, JB Priyono menambahkan laju inflasi tahun kalender 2017, yakni Mei 2017 terhadap Desember 2016 sebesar 2,61%. Sedangkan laju inflasi secara year on year yakni Mei 2017 terhadap Mei 2016 sebesar 4,10%.

Apabila dilihat dari perkembangan inflasi dari tahun-tahun sebelumnya, inflasi cenderung naik pada periode yang sama.

Advertisement

“Seperti pada Mei 2015, inflasinya kala itu mencapai 0,36 persen, dan di tahun 2016, inflasi terjadi bulan Juni dan Juli. Inflasi Juni dan Juli 2016 terjadi bertepatan saat Ramadan dan Lebaran dengan inflasi masing-masing 0,43% dan 0,94%,” kata dia saat menyampaikan Berita Resmi Statistik di kantor BPS, Jumat (2/6/2017).

Sementara itu, Anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY, Budi Hanoto mengungkapkan secara historis, inflasi pada Mei 2017 cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun inflasi bulan ini lebih rendah dibandingkan Mei 2016.

“Namun inflasi ini sudah diperkirakan akan terjadi mengingat memasuki siklus Ramadan dan Lebaran. Meski naik hanya 0,05 persen dari April lalu, paling tidak sudah menjadi prestasi bagus untuk TPID di tengah tantangan menjelang Ramadan dan Lebaran,” papar Budi.

Advertisement

Budi memaparkan untuk menekan laju inflasi di bulan mendatang, TPID DIY mengupayakan sejumlah langkah. Di antaranya tetap konsisten menjaga pasokan dan kelancaran distribusi dan menyelenggarakan operasi pasar untuk barang-barang yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga.

“Menggelar pasar murah di titik-titik tertentu, kerjasama dengan TPID di kabupaten dan kota, serta mengelola ekspektasi inflasi dengan mengimbau berbelanja bijak. Kami juga melakukan koordinasi dalam melakukan pemantauan stok dan harga, terutama di distributor serta kerjasama dengan aparat yakni satgas pangan Polda,” jelas Budi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif