Soloraya
Jumat, 2 Juni 2017 - 09:45 WIB

PROPERTI BOYOLALI : Tax Amnesty Bikin Bisnis Perumahan Komersial Lesu

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan (JIBI/Dok)

Properti Boyolali, bisnis perumahan komersial lesu diduga karena efek tax amnesty.

Solopos.com, BOYOLALI — Bisnis perumahan, khususnya perumahan komersial, di wilayah Boyolali mulai lesu sejak dua tahun terakhir. Selain karena lemahnya daya beli konsumen, program tax amnesty yang bergulir belakangan ini juga dituding sebagai pemicunya.

Advertisement

Salah satu pengembang perumahan di Kecamatan Sawit, Sudjatmiko, menjelaskan lesunya bisnis perumahan komersial akhir-akhir ini tak bisa dilepaskan dari gencarnya program tax amnesty. Menurutnya, tax amnesty secara tak langsung telah menjadi pintu pembuka data kekayaan warga.

“Secara tak langsung data-data orang kan terdeteksi kantor pajak semua. Jadi, jika mereka mau membeli rumah untuk investasi jadi mikir-mikir terkena pajak ganda,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (30/5/2017) lalu.

Kondisi ini, kata dia, juga memengaruhi pajak balik nama, harga jual perumahan, dan biaya-biaya lainnya. Jika sebelumnya pajak jual beli rumah dihitung berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP), kebijakan saat ini tak lagi berlaku.

Advertisement

Petugas pajak, kata dia, akan mendatangi langsung lokasi perumahan dan menghitung harga pasaran. “Jadi, sekarang pajak berdasarkan harga pasaran, bukan berdasarkan harga NJOP seperti dulu yang dipasrahkan kepada notaris,” paparnya.

Pengembang perumahan lainnya, Anom Suratno, juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, meski harga material bangunan saat ini turun, tak secara otomatis membuat penjualan rumah lebih terjangkau.

“Banyak sekali faktornya, selain daya beli masyarakat yang melemah, juga pengaruh tax amnesty tak bisa kami mungkiri,” jelasnya.

Advertisement

Kondisi ini, kata dia, hampir terjadi merata di wilayah Soloraya. Jika sebelumnya sebulan bisa laku satu rumah saja sudah bagus, saat ini kebanyakan calon pembeli hanya melihat brosur dan lokasi perumahan, setelah itu tak kembali lagi.

“Perumahan komersial tipe 36 dan 45 memang susah saat ini. Orang lebih senang beli perumahan bersubsidi atau rumah besar sekalian, tidak tanggung,” jelas bos Griya Sawit Madani ini.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif