Jogja
Jumat, 2 Juni 2017 - 11:19 WIB

Pengamalan Nilai Pancasila Mulai Luntur, Warga Lintas Iman Gelar Tirakat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pembacaan Pancasila oleh Kasat Binmas Polres Gungkidul, AKP Ahmad Fauzi [tengah] saat acara malam tirakatan Pancasila di halaman Gedung DPRD Gunungkidul, Kecamatan Wonosari, Rabu (31/5/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Maraknya aksi intoleransi dan semakin lunturnya nilai-nilai Pancasila telah menimbulkan keperihatinan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Maraknya aksi intoleransi dan semakin lunturnya nilai-nilai Pancasila telah menimbulkan keperihatinan. Untuk itu, demi kembali meneguhkan Pancasila sebagai dasar kehidupan, Forum Lintas Iman (FLI) Kabupaten Gunungkidul menggelar tirakatan dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila.

Advertisement

Menurut Ketua FLI Gunungkidul, Aminudin Aziz, acara tirakatan Pancasila digelar atas dasar keprihatinan karena sistem hidup bernegara akhir-akhir ini dirasa mulai luntur.

Sejumlah aksi intoleransi dan rasisme menurut dia telah mengoyak kehidupan bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur, sebagaimana tercantum dalam Pancasila.

Advertisement

Sejumlah aksi intoleransi dan rasisme menurut dia telah mengoyak kehidupan bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur, sebagaimana tercantum dalam Pancasila.

“Acara ini mengingatkan mengenai keberagaman yang ada bukan untuk perpecahan, tetapi untuk menyatukan. Selain itu, kami ingin mengajak semua pihak untuk meneguhkan kembali Pancasila sebagai dasar berkehidupan,” kata dia, Rabu (31/5/2017).

Aziz menambahkan acara tirakatan Pancasila diadakan dengan gotong royong tanpa ada bantuan dari spronsor maupun pihak luar. Semua perwakilan yang datang kata dia iuran sesuai kemampuan masing-masing. “Semuanya berasal dari iuran sendiri, ada yang membawa tikar, banner dan makanan,”ucapnya.

Advertisement

Perwakilan dari agama Kristen yakni pendeta Dwi Wahyu Prasetyo; perwakilan dari penghayat kepercayaan Dono Tiwi kromo; agama Hindu, Purwanto; dari Agama Islam, ustad Yudi Rahmanto; perwakilan agama Katolik, Wasiran; agama Budha, Sugeng Riyanto; dan perwakilan dari pihak kepolisian Kasat Binmas, Polres Gunungkidul, AKP Ahmad Fauzi, berdiri berdampingan.

Puluhan warga yang mayoritas pemuda itu berdiri bersama dan melantunkan lagu Indonesia Raya. Setalah itu mereka menyalakan lilin, lalu masing-masing pemuka agama memimpin umatnya untuk berdoa. Di tengah perbedaan, terlihat warga khusus memanjatkan doa tetantang kedamaian Indonesia.

Selesai berdoa, AKP Ahmad Fauzi membacakan lima sila Pancasila yang diikuti seluruh warga dengan suara lantang. Setelah itu acara dilakukan dengan potong tumpeng, dan dibagikan kepada seluruh yang hadir.

Advertisement

Acara kemudian diakhiri dengan sarasehan mengenai Pancasila, seluruh peserta diajak ikut berpartisipasi tanpa terkecuai. Dalam sarasehan yang dipandu Pendeta Dwi, tidak ada narasumber utama, semua bisa menjadi pembicara. Sebagian membicarakan tentang lunturnya nilai Pancasila dewasa ini.

Sidik Triyono dari Gerakan Pemuda Ansor dalam refleksinya mengatakan momentum hari lahirnya Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni menjadi tonggak kembalinya Indonesia yang beragam. “Kita harus memanusiakan manusia artinya harus saling menghormati dalam perbedaan,” ujarnya.

Menurutnya saat ini banyak masyarakat yang tidak memahami Pancasila secara utuh, tetapi mencoba merubahnya. Sehingga hal itu membuat rentan terjadinya perpecahan.”Ada yang tidak memahami Pancasila sebagai perekat kebangsaan kita,” ungkap dia.

Advertisement

Sementara itu, Dita salah satu Pelajar SMK 3 Wonosari mengaku mengikuti tirakat Pancasila untuk belajar mengenal berbagai perbedaan yang ada, sehingga bisa menghormati perbedaan. “Dengan perbedaan kita bisa saling mengenal, menumbuhkan rasa kebangsaan dan toleransi,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif