Jogja
Jumat, 2 Juni 2017 - 19:20 WIB

Banyak Museum Baru, Tak Ada Kurator

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemandu menjelaskan proses pengolahan coklat di Chocholate Monggo Museum and Store yang terletak di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Tingginya pertumbuhan musuem baru yang ada di Bantul memang berdampak pada belum terpenuhinya standar museum itu sendiri sebagai media edukasi.

Harianjogja.com, BANTUL–Tingginya pertumbuhan musuem baru yang ada di Bantul memang berdampak pada belum terpenuhinya standar museum itu sendiri sebagai media edukasi. Dari data Dinas Kebudayaan Bantul, jumlah museum yang ada di Bantul saat ini berjumlah 12 buah yang tersebar di sejumlah kecamatan dengan tipe koleksi yang juga beragam.

Advertisement

Sayangnya, hal itu tak diikuti dengan upaya pelengkapan terhadap standar pelayanan minimal museum.

Hal itu diakui sendiri oleh pakar arkeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Joko Dwiyanto. Ditemui seusai menjadi narasumber dalam Sosialisasi Pengelolaan Museum di Aula Kusuma Homestay Bantul, Rabu (31/5/2017), ia menuturkan kurasi adalah persoalan mendasar yang saat ini tengah dihadapi oleh hampir semua museum yang ada di Indonesia.

Advertisement

Hal itu diakui sendiri oleh pakar arkeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Joko Dwiyanto. Ditemui seusai menjadi narasumber dalam Sosialisasi Pengelolaan Museum di Aula Kusuma Homestay Bantul, Rabu (31/5/2017), ia menuturkan kurasi adalah persoalan mendasar yang saat ini tengah dihadapi oleh hampir semua museum yang ada di Indonesia.

“Di DIY saja, tak lebih dari 5 museum dari total semua yang hampir 50 buah, yang memiliki kurator. Begitu juga dengan Bantul,” katanya.

Peran kurator, menurut dosen Arkeologi UGM itu, terbilang sangat vital bagi sebuah museum. Pasalnya, hampir sebagian besar museum memiliki koleksi khusus yang memerlukan pengamatan dan pengawasan secara khusus pula.

Advertisement

Tak heran, jika angka kunjung museum di DIY, terutama Bantul bisa dikatakan cukup rendah. Di DIY saja, angka kunjungan museum di tahun 2015 hanya mencapai 2,07 orang saja. Angka itu meningkat cukup tajam di tahun 2016 yang mencapai 2,92 orang.

“Faktornya banyak. Tak hanya kurator saja, tapi juga daya tarik museum, koleksi, sarana edukasi, hingga promosi dan pemasarannya juga,” imbuh Joko.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Disbud Bantul Sunarto. Meski tak menampik terkait rendahnya angka kunjungan museum, namun sayangnya ia belum melakukan penghitungan secara rigid.

Advertisement

Pasalnya, dari total 12 museum yang ada di Bantul, sebagian besar memang masih dikelola secara mandiri oleh yayasan tertentu. Itulah sebabnya, Pemkab Bantul pun tak begitu jauh melibatkan diri dalam pengembangan sarana dan prasarana museum tersebut. “Kami hanya menyiapkan anggaran untuk sosialisasi seperti ini saja,” katanya.

Meski begitu, ia berharap kepada yayasan pengelola museum, nantinya bisa bersinergi dengan program pemerintah. Pihak yayasan seharusnya bisa mengelola museumnya dengan baik.

“Jangan sedikit-sedikit mendirikan museum tapi mengabaikan persyaratan administrasi dan perawatan koleksinya,” ungkap Sunarto.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Kurator Museum
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif