Soloraya
Kamis, 1 Juni 2017 - 19:35 WIB

5 Pasar Tradisional Solo Ini Sudah Terapkan Retribusi Elektronik

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo (kanan), mencoba mesin e-Retribusi bersama pedagang di lantai II Pasar Klewer Solo, Kamis (1/6/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Lima pasar tradisional di Solo sudah menerapkan retribusi secara elektronik.

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo resmi menerapkan penarikan retribusi secara elekrtonik (e-retribusi) di lima pasar tradisional mulai Kamis (1/6/2017).

Advertisement

Lima pasar tradisional itu yakni Pasar Klewer, Pasar Sibela, Pasar Tanggul, Pasar Gading, dan Pasar Bangunharjo. Launching e-retribusi digelar di Pasar Klewer, Kamis.

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com, pedagang yang bisa membayar retribusi secara elektronik adalah pedagang yang sudah memiliki surat hak penempatan (SHP). Di Pasar Klewer ada 1.694 pedagang baik pemilik kios maupun renteng, di Pasar Tanggul ada 163 pedagang, Pasar Gading ada 282 pedagang, Pasar Bangunharjo 47 pedagang, dan Pasar Sibela 165 pedagang.

Advertisement

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com, pedagang yang bisa membayar retribusi secara elektronik adalah pedagang yang sudah memiliki surat hak penempatan (SHP). Di Pasar Klewer ada 1.694 pedagang baik pemilik kios maupun renteng, di Pasar Tanggul ada 163 pedagang, Pasar Gading ada 282 pedagang, Pasar Bangunharjo 47 pedagang, dan Pasar Sibela 165 pedagang.

Di Pasar Klewer masih ada 946 pedagang pelataran yang belum bisa membayar retribusi secara elektronik. Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, berharap instansi terkait segera memproses agar e-retribusi bisa diterapkan ke seluruh pedagang di Klewer.

Rudy mengatakan penerapan e-retribusi bukan semata inovasi, namun untuk menunjukkan komitmen Pemkot Solo dalam mengelola keuangan daerah yang baik. E-retribusi akan diterapkan secara bertahap di 44 pasar tradisional di Kota Solo. “Harapannya memperkecil potensi kebocoran retribusi,” ujar dia.

Advertisement

“Kalau bocor saya kira tidak ada ya karena selama ini target retribusi pasar setiap tahunnya selalu tercapai. Tapi kalau telat bayar iya. Petugas pemungut yang seharusnya begitu menarik langsung setor ke kas daerah, kadang setornya terlambat,” kata Subagiyo.

Subagiyo berharap dengan e-retribusi, target pendapatan daerah dari sektor retribusi pasar bisa dioptimalkan. Tahun ini, pendapatan daerah dari retribusi Pasar Klewer ditarget senilai Rp3,9 miliar.

Sedangkan target retribusi di 44 pasar tradisional di Kota Solo tahun ini mencapai Rp20,2 miliar atau naik Rp200 juta dibanding target retribusi pasar 2016. Pemberlakuan e-retribusi di lima pasar tradisional diperkirakan akan mengurangi jumlah petugas pemungut retribusi.

Advertisement

Mereka yang tidak lagi menjadi petugas pemungut retribusi akan ditempatkan ke organisasi pemerintah daerah (OPD) lain. Di Pasar Klewer, saat ini ada sepuluh petugas pemungut retribusi. “Dengan adanya e-retribusi ini mungkin cukup dengan tiga petugas.”

Sementara itu, dalam launching e-retribusi kemarin, dari Pasar Klewer Rudy juga sempat melakukan teleconference dengan pedagang dan lurah pasar di empat pasar lainnya. Dia meminta pedagang mencoba membayar menggunakan mesin bayar yang sudah tersedia dan memantau kesiapan perangkat yang disediakan perbankan.

Seorang pedagang rompi di Pasar Klewer, Mursito, 54, menilai pembayaran retribusi pakai kartu dinilai lebih mudah. “Harapannya nanti di setiap lantai ada mesin untuk bayar. Jadi tidak hanya di lantai I agar pedagang tidak malas membayar.”

Advertisement

Selain mudah, dia juga menghitung tarif retribusi yang dia bayar menjadi lebih murah. “Kalau dulu [sebelum Pasar Klewer kebakaran] saya bayar retribusi rata-rata Rp5.000/hari. Ini tadi coba bayar untuk retribusi sebulan nilainya Rp134.320 atau sekitar Rp4.000 sekian per hari,” kata Mursito.

Pengurus Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK), Tafip Harjono, berharap dengan e-retribusi Pasar Klewer akan bebas pungli. “Selama ini yang jadi kekhawatiran pedagang adalah pungli. Sejauh ini kami belum menemukan [pungli], ya mudah-mudahan tidak ada,” ujar Tafip.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif