News
Rabu, 31 Mei 2017 - 16:30 WIB

Pria Ini Cerita Pengalaman Jadi Guru di Sekolah Tertinggi di Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Murid-murid Qimei bermain di taman di sekolah. (Handout)

Sekolah tertinggi di dunia harus dijaga guru-gurunya setiap hari selama 24 jam karena murid-murid juga tinggal di sekolah itu.

Solopos.com, PUMA JIANGTANG – Sebuah sekolah dasar dengan kondisi unik adalah tempat pria berusia 37 tahun, Qimei Ciren, mengajar selama lima tahun terakhir dan menjadi kepala sekolah selama dua tahun terakhir. Dia menjadi salah satu tenaga pengajar di sekolah tertinggi di dunia.

Advertisement

Sekolah dasar itu terletak di Puma Jiangtang, Tibet. Lokasinya 5.373 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sekolah itu lebih tinggi dari pos pendakian para pendaki Gunung Everest. Suhu yang selalu dingin bahkan tak jarang -5 derajat celsius membuat hidup di daerah itu tidak mudah. Kekurangan oksigen, plethora, dan arthritis merupakan tiga gejala yang sering ditemui karena suhu di Puma Jiangtang.

Dilansir South China Morning Post, Minggu (28/5/2017), Qimei Ciren sebenarnya memiliki kesempatan menjadi jurnalis. Namun keinginannya menjadi pengajar, membuatnya mendaftar menjadi tenaga guru di daerah terpencil. Akhirnya Qimei berjodoh dengan sekolah tertinggi di dunia tersebut.

Qimei bercerita kondisi sekolah sekarang ini membutuhkan tenaga guru tambahan serta pelatihan untuk guru-guru. “Kami sekarang kekurangan guru, murid kami tinggal di sekolah. Kami mengajar dalam waktu yang lama, namun hasilnya tak begitu terlihat. Lingkungan yang memiliki kadar oksigen rendah seperti ini kerap membuat murid-murid sulit konsentrasi,” ungkap Qimei bercerita.

Advertisement

Selain mengajar, Qimei dan guru-guru lain juga bertugas merawat murid-murid mulai dari mandi, sarapan, dan kebutuhan lainnya. Selain mengajar dan merawat murid-murid, Qimei dan guru-guru sekolah dasar tersebut harus mencuci baju, membersihkan asrama, dan melipat baju murid-murid.

Setelah lima tahun menghidupkan sekolah tersebut, kini Qimei, guru-guru, dan murid-murid menghadapi masa depan baru.  Karena lokasi yang terlalu tinggi, pemerintah pusat merencanakan penggabungan dengan sekolah lain. Sekolah yang dipimpin Qimei rencananya akan pindah di sebuah sekolah di Desa Nagarze.

“Kami akan pindah ke Nagarze saat pembangunan sekolah selesai. Jika sesuai target, tahun ini juga kami bisa pindah,” kata Qimei.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif