Jateng
Jumat, 26 Mei 2017 - 15:50 WIB

TRADISI SEMARANG : Inilah Makna Dugderan menurut Wali Kota

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kemeriahan karnaval Dugderan di Jl. Pahlawan, Semarang, Rabu (24/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Y.S.)

Tradisi Dugderan bermakna khusus bagi Wali Kota Semarang Hendrar Prigadi alias Hendi.

Semarangpos.com, SEMARANG — Tradisi Dugderan memiliki makna khusus bagi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Menurut Hendi—sapaan akrab Hendrar Prihadi—agenda tahunan Kota Semarang untuk menyambut bulan puasa Ramadan itu bisa mengajarkan toleransi sejak dini.

Advertisement

“Anak-anak telah belajar tentang indahnya kebersamaan dalam keberagaman melalui Dugderan,” katanya di sela-sela Karnaval Budaya Dugderan di Semarang, Rabu (23/5/2017).

Arak-arakan Dugderan pada tahun 2017 ini, digelar dua kali, yakni Rabu yang diikuti siswa-siswa sekolah mulai jenjang taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah pertama (SMP). Kegiatan itu dilabeli nama Karnaval Dugder 2017. Berikutnya, Kirab Budaya Dugder 2017 yang digelar pada hari Kamis (25/5/2017), dengan diikuti siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA) sederajat, organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, perhotelan, dan berbagai komunitas.

Arak-arakan Dugderan hari kedua yang dilabeli nama Kirab Budaya Dugder 2017 merupakan inti kegiatan Festival Dugderan yang menjadi tradisi khas Kota Semarang. Pada hari kedua pawai dilaksanakan tradisi penyerahan dan pengumuman suhuf halakah dari ulama, serta ditabuhnya bedug dan diperdengarkannya suara meriam penanda datangnya bulan puasa Ramadan 2017.

Advertisement

Untuk karnaval Digderan hari pertama, Hendi mengingatkan keberagaman yang harus disikapi dengan toleransi sangat penting untuk diajarkan sejak dini kepada anak-anak. “Simbol-simbol keberagaman yang tampak cantik dan indah merupakan modal kekuatan bangsa,” katanya.

Dengan adanya semangat toleransi dan menghormati perbedaan yang terus ditanamkan, lanjut dia, akan menjadi sebuah kebiasaan yang diingat anak-anak ini hingga mereka dewasa nantinya. Orang nomor satu di Kota Semarang itu juga berharap anak-anak yang menjadi generasi penerus bisa nguri-nguri kebudayaan leluhur yang memiliki kandungan nilai luhur bangsa.

Dalam balutan berbagai pakaian adat, termasuk ornamen-ornamen khas Semarang, seperti warak ngendok, seluruh anak-anak peserta karnaval itu saling berbaur satu sama lain. Seluruh sekolah pun mengirimkan pesertanya untuk berpartisipasi, baik sekolah Islam, sekolah umum,, maupun sekolah non-Islam, seperti SMP Terang Bangsa, SMP Tri Tunggal, dan SD Kanisius Semarang.

Advertisement

Dari Lapangan Simpang Lima, arak-arakan yang menampilkan aneka ragam seni, seperti pasukan warak hingga tarian kera ekor panjang berjalan sampai Taman Menteri Supeno atau Taman Keluarga Berencana (KB).

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif