Soloraya
Kamis, 25 Mei 2017 - 23:35 WIB

Padusan Jelang Ramadan, Warga Mulai Datangi Pemandian di Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung Umbul Tirto Mulyo, Desa Kemasan, Sawit, Boyolali, menikmati kesegaran dan kejernihan mata airnya menjelang Ramadan, Kamis (25/5/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Warga mulai mendatangi sejumlah umbul di Boyolali untuk tradisi padusan menjelang Ramadan.

Solopos.com, BOYOLALI — Menjelang Ramadan, sejumlah kolam pemandian (umbul) di Boyolali ramai dikunjungi masyarakat. Pemandingan Umbul Pengging Banyudono, Umbul Tirto Mulyo Sawit, Tlatar, dan sejumlah pemandian lainnya diserbu warga yang ingin melaksanakan tradisi padusan.

Advertisement

Para pengunjung mata air itu datang bukan semata-mata untuk mandi, melainkan lebih karena dorongan batin masing-masing guna menyucikan diri menyambut Bulan Suci. “Biasanya, satu hari menjelang Bulan Puasa, kami sekeluarga baru padusan. Tapi, kali ini kami datang lebih awal. Selain bertepatan tanggal merah, kami ingin menikmati suasana lebih tenang,” ujar Solihin, warga Teras, bersama kedua anaknya dan istrinya saat berbincang dengan Solopos.com di Umbul Tirto Mulyo, Desa Kemsan, Sawit, Kamis (25/5/2017).

Solihin bersama keluarganya tak pernah absen melaksanakan ritual padusan menjelang Ramadan. Lokasinya berganti-ganti tiap tahun. Kadang di Pengging Banyudono, kadang di Cokro Tulung Klaten, kadang di Tlatar, kadang di sekitar rumahnya di Desa Mojolegi.

Advertisement

Solihin bersama keluarganya tak pernah absen melaksanakan ritual padusan menjelang Ramadan. Lokasinya berganti-ganti tiap tahun. Kadang di Pengging Banyudono, kadang di Cokro Tulung Klaten, kadang di Tlatar, kadang di sekitar rumahnya di Desa Mojolegi.

Menurutnya, tradisi padusan bukanlah sekadar mandi biasa. Padusan, menurut Solihin, menyimpan makna mendalam tentang arti pentingnya penyucian jiwa. “Rasanya beda antara mandi biasa dengan padusan. Padusan serasa ada energi batin yang menggerakkan yang mengajak untuk bertobat,” terangnya.

Siang itu, jumlah pengunjung Umbul Tirto Mulyo memang belum begitu banyak. Kolam yang dikelilingi tembok bata merah ekspose ala Kerajaan Majapahit itu terlihat masih longgar.

Advertisement

Dibandingkan lokasi pemandian di wilayah lainnya, Umbul Tirto Mulyo memang tak begitu ramai. Di Umbul Pengging, misalnya, jumlah pengunjungnya rata-rata 300-an orang per hari. Menjelang Ramadan dalam tradisi padusan, pengunjungnya bisa menembus seribuan orang.

Pardi, salah satu penjaga Umbul Ngabean, Pengging, mengatakan target seribu lebih pengunjung menjelang Ramadan itu berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya. Padahal, kata dia, selain Umbul Ngabean masih ada umbul Duda dan Umbul Temanten yang sama-sama diminati para pengunjung.

“Kalau di satu lokasi pemandian saja bisa seribuan pengunjung, lantas kalau tiga lokasi ya tinggal mengalikan saja,” jelasnya.

Advertisement

Minimnya agenda hiburan di Umbul Tirto Mulyo disinyalir menjadi salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat mengunjungi umbul tersebut. Meski demikian, justru hal inilah yang membuat Umbul Tirto Mulyo terasa tenang. Jumlah pengunjung yang rata-rata hanya 100-an orang per hari membuat kolam pemandian itu terasa nyaman.

“Kalau pas menjelang Ramadan, paling banyak jumlah pengunjungnya hanya 300-an orang. Berbeda dengan pemandian Cokro atau Pengging yang bisa seribuan lebih,” sahut penjaga umbul lainnya, Edo Parianto.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif