News
Rabu, 24 Mei 2017 - 11:00 WIB

Kisah Uang Beranak dari Wonosegoro Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah Mbah Suroto, dukun asal Dukuh Baloh, Desa Jatilawang, Wonosegoro, Boyolali (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Praktek uang beranak telah ada di Wonosegoro Boyolali sejak belasan tahun silam.

Solopos.com, BOYOLALI — Di sebuah desa cukup terpencil di wilayah Boyolali utara, terdapat fenomena sosial yang diduga menyimpang. Fenomena itu ialah keyakinan kepada seseorang yang bisa menggandakan uang. Praktik ini sudah berlangsung sejak belasan tahun silam itu.

Advertisement

Dukun Suroto asal Wonosegoro, Boyolali (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Hari telah siang ketika Solopos.com tiba di salah satu dukuh di Desa Jatilawang, Wonosegoro, Boyolali, akhir pekan lalu. Di ujung jalan kampung, tepatnya di Dukuh Baloh, tiga mobil berpelat luar kota terparkir di pelataran rumah. Tak berselang lama, seorang setengah baya keluar dan menyambut Solopos.com. Mangga pinarak!” sapanya sopan.

Advertisement

Hari telah siang ketika Solopos.com tiba di salah satu dukuh di Desa Jatilawang, Wonosegoro, Boyolali, akhir pekan lalu. Di ujung jalan kampung, tepatnya di Dukuh Baloh, tiga mobil berpelat luar kota terparkir di pelataran rumah. Tak berselang lama, seorang setengah baya keluar dan menyambut Solopos.com. Mangga pinarak!” sapanya sopan.

Sembilan orang telah menanti di ruang tamu. Sebagian masih berseragam dinas aparat, namun sebagian berpakaian biasa. Sekilas, percakapan mereka terdengar serius. Ada yang membahas rental mobil, utang piutang yang macet, hingga kasus-kasus yang mengarah pada penggelapan.

Seperempat jam kemudian, seorang lelaki berperawakan gemuk, berwajah oval memasuki ruangan tamu itu. Para tamu menyalaminya satu persatu. Mereka lantas berurutan meminta waktu khusus di ruangan belakang. Setelah selesai, tamu keluar dan memohon pamit.

Advertisement

Usia Suroto sebenarnya masih 40-an tahun. Namun, karena dipercaya bisa menggandakan uang, orang-orang pun memanggilnya Mbah Suroto.

Pada malam-malam tertentu, lanjut Wakapolsek Kemusu ini, tamu yang datang mencapai puluhan bahkan ratusan. Ada yang dari Pati, Salatiga, Grobogan, Semarang, Jogja, bahkan luar Jawa. “Sebagian bahkan nekat bermalam di sini,” lanjutnya.

Solopos.com yang kala itu menyamar sebagai calon pasien mencoba berbincang-bincang dengan sebagian tamu. Namun, hal itu rupanya tak gampang. Setiap kali didekati dan ditanya, mereka langsung menghindar. “Ini masih ikhtiar kok,” jawabnya singkat seraya masuk mobil. “Ngapunten, kulo namung ndereke mawon,” jawab tamu lainnya seraya ngeloyor meninggalkan lokasi.

Advertisement

Salah satu tamu asal Salatiga berinisial Jm, sempat berbincang dengan Solopos.com. Meski tak terbuka, namun dia menceritakan sedikit kisah awal mulanya berkenalan dengan Suroto empat tahun lalu. “Saat itu, saya diajak rekan sekantor,” terang pria yang bertugas di Salatiga itu.

Laku Batin

Jm yang kala itu datang bersama istrinya mengaku yakin bahwa uangnya bisa kembali dengan jumlah berlipat setelah dititipkan Suroto. Syaratnya, dirinya harus yakin atas laku batin yang dijalani Suroto, seperti tidak tidur malam hari, tidak berkumpul anak dan istri, puasa ngrowot, tinggal di kebun-kebun, serta praktik mengemis di jalanan. “Kalau enggak yakin, ya enggak usaha ke sini,” timpalnya.

Advertisement

Selama empat tahun menjalin hubungan bersama Suroto, Jm telah menitipkan uangnya Rp450 jutaan. Selama itu pula, ia belum mendapatkan uang berlipat seperti yang dijanjikan.

Namun, ia tetap yakin bahwa suatu hari nanti uangnya akan kembali dengan jumlah yang berlipat. “Uang yang saya titipkan setahap demi setahap. Mulai untuk beli uba rampe laku, upacara, serta perayaan bukaan,” jelasnya.

Aiptu Sukiman, Anggota Polsek Wonosegoro membenarkan kesaksian para tamu itu. Menurut polisi yang kerap berbincang dengan tamu Suroto, rata-rata mereka tak bisa melepaskan kepercayaan kepada Suroto sebagai orang pintar yang mendapatkan “wahyu”. Padahal, uang yang telah dikeluarkan mereka puluhan hingga ratusan juta dan tak kunjung kembali.

“Setiap tamu selalu bilang bahwa uang mereka bakal kembali suatu hari nanti. Saya sudah sadarkan bahwa Anda itu sudah tertipu, tetapi mereka tetap ngeyel dan dan tak percaya,” ujarnya.

Ribuan Korban

Menurut Sukiman, jumlah korban Suroto diduga mencapai seribuan lebih sejak beroperasi 11 tahun silam. Namun, kata dia, korbannya rata-rata orang luar Wonosegoro. “Kalau orang sini, enggak ada yang percaya semua,” tegasnya.

Sukiman menduga para tamu merasa malu jika menarik uangnya kembali karena sebuah akad di awalnya. Itulah sebabnya, mereka rela menanti sekian tahun dengan harapan uang kembali dan berlipat.

Lantas bagaimana tanggapan Suroto ihwal penggandaan uang yang diyakini masyarakat itu? Kepada Solopo.com, Suroto mengaku hanya menjalani laku saja. Jika laku dia berhasil, dia akan menerima rezeki berlimpah dari jalan tak disangka. “Tapi, kalau enggak percaya, ya enggak apa-apa. Saya juga enggak pernah minta percaya,” ujarnya.

Suroto mengakui telah menerima “wahyu” untuk menjalani serangkaian laku batin selama 12 tahun. Laku batin itu paripurna pada pertengahan September nanti. Dan jika laku batin itu selesai, dia akan dianugerahi harta yang bisa membantu orang-orang yang kesusahan, terlibat hutang, atau yang akan membuka usaha.

“Saya enggak bisa menggandakan uang. Tapi, hanya mencarikan jalan agar rezeki berlimpah. Caranya, ya harus mengikuti laku dengan saya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif