Lifestyle
Rabu, 24 Mei 2017 - 02:00 WIB

Awas! Narsis di Internet, Predator Seksual Mengintai

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kasus kekerasan terhadap anak (Okezone)

Predator seksual bisa mengintai siapa saja.

Solopos.com, SOLO — Bagi sebagian orang tua, tak jarang timbul keinginan untuk mengabadikan polah tingkah si kecil dengan foto. Apalagi di tengah momentum piknik keluarga. Kontrol rem untuk mengunggahnya di media sosial acap kali bobol.

Advertisement

Tingkah polah si kecil di dunia maya selain mendulang like atau komentar dari kenalan atau teman, ternyata juga ada bahaya predator seksual yang harus diwaspadai. Orang tua harus menjadi control agar kebiasaan narsis ini tidak berujung bencana.

“Penyalahgunaan foto lewat media sosial bisa menimpa siapapun. Orang tua harus waspada jangan sampai foto anak yang disebar, dimanfaatkan pihak lain untuk tujuan yang tidak baik,” tutur Shoim Sahriyati, Direktur Yayasan Kepedulian untuk Anak (Kakak), saat ditemui Solopos.com di kantornya, belum lama ini.

Ia menuturkan ada beberapa rambu yang harus diperhatikan orang tua saat mengunggah foto anak misalkan tidak saat mandi, berpakaian minim, keadaan telanjang, dan sebagainya. Selain orang tua, anak juga perlu diedukasi untuk berinternet secara sehat.

Advertisement

Dikatakan Shoim, saat ini banyak modus yang dipakai pelaku seperti meminta anak berfoto seksi hingga merekam dengan video privasi anak. “Modus eksploitasi seksual online makin beragam,” jelasnya.

Sedangkan psikolog dari UNS, Tuti Harjayani, menyampaikan era internet saat ini mengharuskan orang tua ekstra waspada saat mengunggah konten anak baik itu detail identitas, lokasi sekolah, dan sebagainya.

“Banyak orang yang bisa memanfaatkannya. Orang tua harus berhati-hati melindungi anaknya, termasuk di media sosial,” tuturnya.

Advertisement

Menurut Tuti, payung hukum untuk menjerat predator seksual anak lewat UU No. 44/2008 tentang Pornografi dan UU No. 35/2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak memang sudah berjalan.

Namun minimnya pemahaman untuk memberikan edukasi seksual bagi anak membuat orang tua perlu menambah bekal jaring pengaman bagi buah hatinya. “Yang utama pendidikan dari rumah. Benteng agama dan norma harus kuat dulu. Selain itu, bekali anak pengetahuan untuk mengenali fisiknya,” bebernya.

Selain orang tua, Tuti mengutarakan perlindungan anak juga menjadi tanggung jawab sekolah dan lingkungan. “Lingkungan sekolah dan masyarakat punya peran penting juga. Ketika kebutuhan psikologis anak tidak terpenuhi di keluarga, anak akan cari jalan sendiri di luar. Sekolah dan lingkungan juga punya kewajiban mengingatkan,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif