Soloraya
Selasa, 23 Mei 2017 - 23:35 WIB

WISATA SOLO : Saat Para Turis Pencinta Lokomotif Tua Kagumi Sepur Kluthuk Jaladara

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rombongan turis Australia melakukan perjalanan dengan sepur kluthuk Jaladara dari stasiun Purwosari Solo, Selasa (23/5/2017). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Wisata Solo, jumlah carteran sepur kluthuk Jaladara masih di bawah target.

Solopos.com, SOLOSepur kluthuk Jaladara berjalan mundur masuk ke Stasiun Purwosari, Solo, Selasa (23/5/2017). Suara mesin uapnya yang berisik memecah keheningan stasiun.

Advertisement

Peluit uapnya menjerit seakan meminta perhatian para calon penumpang yang duduk-duduk di peron. Para calon penumpang yang sebelumnya asyik memandangi layar gawai langsung mengalihkan perhatian ke sepur uap bikinan 1896 tersebut.

Tak terkecuali Bob Daniel. Matanya sibuk mengintip sepur uap itu melalui kameranya. Bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir, turis asal Australia itu melepas dahaga dengan memotret kereta api tua itu dari berbagai angle.

Advertisement

Tak terkecuali Bob Daniel. Matanya sibuk mengintip sepur uap itu melalui kameranya. Bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir, turis asal Australia itu melepas dahaga dengan memotret kereta api tua itu dari berbagai angle.

Bagian belakang, bagian samping, interior, hingga lokomotifnya tak luput dari bidikan lensanya. Puas mengabadikan momen tersebut, dia lalu masuk ke gerbong dua.

Teman-temannya yang lain, 10 orang turis dari Australia, ikut masuk ke gerbong mencari tempat duduk. Sepur itu perlahan berjalan maju. Memasuki Jl. Slamet Riyadi, Bob terpukau dengan pemandangan yang disuguhkan perjalanan itu.

Advertisement

“Saya rasa sepur ini menawarkan sesuatu yang sangat unik. Suasana yang ditawarkan juga sangat unik, di mana sebuah kereta tua membelah keramaian lalu lintas di relnya,” kata dia kepada wartawan di depan Loji Gandrung, tempat kereta itu berhenti untuk kali pertama, Selasa (23/5/2017).

Bob menambahkan sebelum datang ke Solo, rombongan tersebut juga sempat mencicipi naik sepur uap di Ambarawa. Namun, suasana yang ditawarkan di sana sangat berbeda dibanding di Solo.

Sehabis mencicipi naik sepur kluthuk Jaladara, mereka akan melanjutkan perjalanan ke PT Inka di Madiun untuk melihat proses pembuatan kereta api. “Kota Solo juga sangat nyaman. Di sepanjang jalan ini sangat teduh, rindang, dan bersih. Orang-orangnya juga sangat ramah,” tambah dia.

Advertisement

Bob berujar di Australia juga ada lokomotif yang jauh lebih besar. Namun lokomotif tersebut tidak dipergunakan sebagai transportasi wisata seperti Solo dan Ambarawa.

Petugas Tourism Information Center (TIC) Dinas Pariwisata (Dispar) Solo, Patrick Orlando, berujar para turis tersebut ada para pencinta lokomotif tua dari Australia yang gemar menyambangi beberapa negara untuk melihat jejak dan sejarah lokomotif tua di negara tersebut. “Sebelumnya, Pak Bob juga pernah ke sini pada 2011, namun dengan rombongan yang berbeda. Jumlahnya juga cukup banyak, sekitar 30 orang,” kata dia kepada Solopos.com.

Menurutnya, pangsa pasar sepur kluthuk Jaladara memang kurang diminati oleh pasar internasional. Para turis luar negeri yang mencarter Sepur Klutuk Jaladara mayoritas merupakan pecinta lokomotif tua.

Advertisement

“Namun, bukan berarti pangsa pasar sepur kluthuk Jaladara untuk nonpecinta lokomotif tertutup sepenuhnya. Para travel agent harus pintar-pintar mem-bundling paket wisata. Misalkan paket wisata jalan-jalan dengan sepur ini disisipi dengan wisata kuliner atau yang lainnya. Pasti mereka lebih tertarik,” kata dia.

Terpisah, anggota Staf Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Sandi Mulyanto, mengatakan animo para turis untuk mencarter sepur klutuk Jaladara memang rendah. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menargetkan sepur itu dapat beroperasi 70 kali setahun. Namun, jumlah operasi sepur kluthuk Jaladara dari tahun ke tahun masih jauh di bawah target.

“Rata-rata yang mencarter sepur kluthuk Jaladara masih didominasi oleh wisatawan domestik. Dari 100% carteran setiap tahun, sekitar 70%-80% pencarter adalah wisatawan domestik. Sedangkan sisanya, 20%-30%, pencarter adalah wisatawan mancanegara,” tambah dia.

Selama ini, Dishub Solo juga mendorong travel agent lokal dan Association of Indonesia Tour and Travel Agencies (Asita) Solo untuk meningkatkan jumlah carteran Jaladara agar bisa memenuhi target. “Mungkin karena minat masyarakat yang kurang terhadap hadirnya sepur tersebut. Jadi jumlah carteran sepur tersebut masih jauh dari harapan,” sambung dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif