News
Selasa, 23 Mei 2017 - 01:00 WIB

Lomba LKS Nasional Hotel Panen, MICE Masih Jadi Magnet Terbesar Wisata Solo

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kawasan hotel di Purwosari, Solo, Rabu (5/10/2016). (Dok/JIBI/Solopos)

Wisata Solo masih tergantung dari MICE.

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 80 kursi diletakkan mengelilingi meja sepanjang 15 meter di teras belakang Soga Restaurant and Lounge.

Advertisement

Menu makanan tradisional seperti lalapan, tahu goreng, tempe goreng, telur, ikan bakar, dan ayam panggang diletakkan di atas daun pisang. Selain itu ditata juga teh manis yang diletakkan dalam gelas yang terbuat dari gerabah dan juga es dewet.

Sajian makanan kembul bujana disiapkan oleh pengelola Soga Restaurant, khusus untuk menyambut rombongan sebanyak 210 orang yang berasal dari Jakarta. Rombongan yang merupakan karyawan dari salah satu perusahaan konsultan ini datang ke Solo untuk mengadakan meeting di The Royal Surakarta Heritage selama dua hari, yakni Kamis-Jumat (18-19/5/2017).

Setelah itu, selama dua hari, Sabtu-Minggu (20-21/5), rombongan diajak berkeliling Kota Solo, salah satunya adalah mengunjungi Museum Batik Danar Hadi, belajar membatik sekaligus menikmati santap siang di Soga Resto.

Advertisement

“Kami biasa mendapat tamu grup dari luar kota untuk menikmati makanan tradisional Solo. Biasanya mereka melakukan kegiatan MICE [meeting, incentive, convention, and exhibition] di sini [Solo]. Kalau tamu yang datang karena ingin melihat acara di calendar event sangat jarang mengingat kebanyakan yang berminat melihat festival hanya sekitar Solo,” ungkap General Manager (GM) Soga Restaurant and Lounge, Roni Andrianto, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (21/5/2017).

Setiap ada gawe besar yang dilakukan instansi pemerintah, perusahaan swasta, asosiasi, maupun komunitas biasanya restoran yang berlokasi di Jl. Slamet Riyadi selalu kecipratan tamu minimal 100 pax dalam sekali kunjungan.

Tamu ada yang datang sendiri karena rekomendasi atau mencari informasi secara online. Namun tidak jarang rombongan dibawa oleh pelaksana kegiatan, seperti event organizer (EO) atau travel agent, seperti rombongan yang datang siang itu.

Direktur Gava Holiday, Pri Siswanto, mengatakan agenda MICE selalu mampu mendatangkan banyak tamu. Namun Solo tidak bisa hanya menawarkan tempat sebagai lokasi meeting tapi harus ada yang menarik yang ditawarkan sebagai paket pelengkap MICE. Oleh karena itu, dia menilai travel agent harus kreatif supaya destinasi wisata yang ada tidak terkesan biasa tapi lebih menyenangkan.

Advertisement

“Awalnya ada dua pilihan, mau meeting di Solo atau Semarang. Kami menyodorkan pilihan acara pendukung setelah meeting dan lebih memilih Solo. Wisata budaya termasuk kuliner dan shopping merupakan daya tarik kuat. Namun tidak bisa hanya menawarkan yang biasa, harus ada yang beda supaya tamu tertarik,” ujar Pri.

Industri Hotel

Kedatangan tamu MICE ini pun berimbas pada industri jasa perhotelan. Sejak Solo dicanangkan sebagai kota MICE pada masa kepemimpinan Joko Widodo, semakin banyak hotel yang tumbuh di Solo dengan menawarkan bermacam konsep tapi menyasar pasar yang sama, yakni MICE.

Saat ini sudah ada 43 hotel bintang yang menyediakan sekitar 5.000 kamar. Beberapa hotel masih dalam tahap pembangunan dan diperkirakan jika seluruh izin pembangunan hotel yang telah dikeluarkan Pemkot Solo selesai dibangun, akan ada sekitar 10.000 kamar.

Advertisement

Pasar MICE sebenarnya sangat berhubungan erat dengan regulasi, sehingga adanya larangan meeting di hotel bagi instansi pemerintah pusat maupun provinsi sempat membuat bisnis ini lesu. Namun hal ini seolah tak menyurutkan minat investor untuk membangun hotel meski MICE dari pemerintahan menyumbang pendapatan sekitar 50%.

Perlahan tapi pasti, kinerja hotel yang didukung agenda MICE tahun ini meningkat seiring dengan adanya Jokowi effect. Banyak agenda dari kementerian yang diadakan di Solo, seperti halnya acara Lomba Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (LKS SMK) 2017 pada Senin-Jumat (15-19/5/2017) di mana lebih dari 1.000 peserta yang merupakan perwakilan dari 34 provinsi.

Hotel Penuh

Public Relations Executive Novotel dan Ibis Styles Solo, Tiwik Widowati, mengatakan selama enam hari, yakni Senin-Sabtu (15-20/5) dua hotel dengan jumlah kamar 250 room tersebut penuh.

Advertisement

Bahkan ada beberapa tamu yang dialihkan ke hotel yang sama-sama berada di bawah jaringan Accor, yakni The Surakarta Heritage Hotel karena tak mampu menampung permintaan.

“Kegiatan nasional ini memberi dampak positif terhadap okupansi hotel. Tercatat hingga pekan ini, okupansi mencapai 65%. Tidak hanya berkontribusi untuk kamar, acara LKS SMK 2017 juga menyumbang pelaksanaan meeting sebanyak 400 pax di Novotel. Setiap agenda MICE nasional yang mendatangkan banyak peserta, hotel selalu ramai,” ujar Tiwik kepada Solopos.com, Jumat (19/5/2017).

Tak hanya mengisi kamar yang ada, pelaksanaan acara MICE juga berkontribusi pada peningkatan penjualan food and beverage (fnb) melalui banquet meeting maupun penjualan menu di restoran. Manager Syariah Hotel Solo, Paramita Sari Indah W., juga mengungkapkan hal yang sama.

Perempuan yang akrab disapa Mita ini mengatakan sejak Minggu (14/5) hingga Minggu (20/5) terdapat 169 kamar yang dipesan untuk peserta LKS SMK 2017 dan acara meeting untuk 339 pax. Hal tersebut membuat okupansi hotel syariah terbesar ini naik lebih dari 30% jika dibandingkan periode yang sama di bulan sebelumnya.

Ketua Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Solo, Daryono, menyampaikan MICE memberi dampak besar pada perkembangan ekonomi karena memiliki multiplier effect yang besar mengingat seluruh sektor mampu bergerak, seperti jasa perhotelan, jasa transportasi, oleh-oleh, kuliner, dan belanja.

Destinasi wisata pun mampu ditingkatkan karena biasanya agenda meeting dibarengi juga dengan kunjungan wisata. Hal ini karena setelah melakukan pertemuan, biasanya peserta diajak berkeliling untuk menikmati kota atau berwisata ke lokasi yang menarik. Namun belum semua pelaku wisata dan pemerintah memaksimalkan peluang tersebut.

Advertisement

“MICE itu loncatan untuk mendukung pengembangan destinasi. Oleh karena itu, pejabat harus menjadi brand ambassador untuk mengenalkan MICE,” ujar Daryono kepada Solopos.com, Kamis (18/5/2017).

Solo bisa dimanfaatkan untuk promosi untuk menarik wisatawan MICE datang ke Soloraya. Oleh karena itu, kabupaten di Soloraya diharapkan memasukkan MICE ke rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) semakin siap siap menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan level regional, nasional bahkan internasional.

Sekretaris Dinas pariwisata Solo, Budi Sartono, menyampaikan kontribusi MICE terhadap okupansi hotel sangat tinggi, yakni lebih dari 50%. Hal ini juga berdapak positif dalam pengembangan wisata budaya, khususnya belanja dan kuliner. Namun diakuinya Solo kekurangan paket wisata dan belum memiliki data perkembangan wisata MICE.

“Wisatawan MICE yang datang ke Solo jumlahnya banyak tapi belum ada data yang pasti. Hal ini juga merupakan kendala yang dihadapi secara nasional,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif