Soloraya
Senin, 22 Mei 2017 - 06:30 WIB

INFRASTRUKTUR SUKOHARJO : Warga Kesongo Desak BBWSBS Bikin Talut Permanen di Kali Samin

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi talut Sungai Samin di Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Mojolaban, Sukoharjo, Senin (30/1/2017). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Sukoharjo, warga Kesongo, Tegalmade, meminta Kali Samin dibuatkan talut permanen.

Solopos.com, SUKOHARJO — Warga Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, mendesak BBWSBS segera membangun talut permanen di Kali Samin setelah talut lama longsor beberapa waktu lalu.

Advertisement

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) telah memasang beronjong kawat berisi bebatuan di talut tersebut pada 2016. Namun, sebagian beronjong kawat ambrol diterjang derasnya aliran sungai saat turun hujan lebat.

Hal ini bisa memicu tanggul yang longsor makin melebar apabila tak kunjung diperbaiki. Pengerjaan perbaikan tanggul yang longsor kurang maksimal saat musim penghujan.

Advertisement

Hal ini bisa memicu tanggul yang longsor makin melebar apabila tak kunjung diperbaiki. Pengerjaan perbaikan tanggul yang longsor kurang maksimal saat musim penghujan.

Tingginya intensitas hujan bakal menerjang bangunan tanggul yang tengah diperbaiki. Karena itu, BBWSBS menunggu datangnya musim kemarau untuk melanjutkan pengerjaan perbaikan tanggul.

“Sekarang sudah musim kemarau, tak turun hujan yang bisa mengganggu pengerjaan proyek pebaikan tanggul. Semestinya, pengerjaan perbaikan tanggul dilanjutkan,” kata seorang warga Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Agus Walimin, kepada Solopos.com, Minggu (21/5/2017).

Advertisement

Derasnya aliran sungai tak mampu dibendung beronjong kawat dan tanggul sungai. Tak hanya itu, muncul retakan tanah lantaran gerusan erosi sungai. Bisa jadi, retakan tanah bisa memicu melebarnya talut yang longsor.

“Saya tak ingin warga kembali dihinggapi waswas dan khawatir saat turun hujan lebat. Satu-satunya solusi adalah memperbaiki talut secara permanen agar kokoh dan kuat diterjang arus sungai,” papar dia.

Saat musim penghujan, warga setempat selalu waswas dan khawatir saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi pada malam hari. Mereka rela berjaga secara bergantian memantau kondisi talut yang longsor dan ketinggian air sungai.

Advertisement

Terlebih, jarak rumah penduduk dengan talut sungai tak lebih dari 10 meter. “Rumah saya tepat di belakang talut yang longsor. Jika talut jebol otomatis keluarga saya yang kali pertama menjadi korban banjir,” terang Agus.

Hal senada diungkapkan warga setempat lainnya, Suprapto. Pemasangan beronjong kawat dinilai tak efektif lantaran tak kuat menahan derasnya arus sungai. Dia berharap instansi terkait segera melanjutkan proyek perbaikan talut yang longsor.

Sementara itu, anggota staf Bidang Operasional dan Pemeliharaan BBWSBS, Samsi, mengungkapkan penanganan tanggul dan talut tanah kritis berdasarkan skala prioritas lantaran keterbatasan anggaran. Tanggul dan talut tanah kritis yang berpotensi jebol dan membahayakan permukiman penduduk menjadi prioritas utama. Sementara tanggul dan talut tanah kritis lainnya diperbaiki secara bertahap.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif