Soloraya
Selasa, 16 Mei 2017 - 19:59 WIB

Gara-Gara Kandang Ayam, Ibu Muda di Boyolali Jual Ciu

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Crysa, 34, warga Desa Mojolegi, Teras, yang harus berurusan dengan polisi lantaran berjualan miras jenis ciu di rumahnya, Selasa (16/5/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Seorang ibu muda di Boyolali menjual ciu di rumahnya. Alasannya, usahanya gulung tikar gara-gara kandang ayam tetangganya.

Solopos.com, BOYOLALI — Seorang ibu muda asal Desa Mojolegi, Teras, Boyolali, Crysa, 34, nekat berjualan minuman keras (miras) jenis ciu di rumahnya. Alasannya, usaha warung makan ibu dua anak ini gulung tikar setelah tetangganya membuka usaha ternak ayam potong yang mengakibatkan lalat-lalat berdatangan ke warungnya.

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com di Mapolsek Teras, Selasa (16/5/2017), Crysa merupakan janda muda miskin setelah ditingal minggat suaminya. Dia kini harus menghidupi anak kecilnya dan ibunya yang sudah lanjut usia. Belakangan, ibunya terserang stroke dan harus berobat secara rutin ke RS.

Untuk memenuhi kebutuhan inilah, Crysa harus bekerja. Pilihannya ialah berjualan miras jenis ciu di rumahnya. “Sebelumnya, saya jualan makanan di rumah. Namum, setelah ada ternak ayam potong di samping saya, warung saya sepi. Pembeli jijik melihat banyak lalat di warung saya,” akunya saat berbincang dengan Solopos.com di Mapolsek Teras.

Kondisi inilah yang membuat Crysa terpojok. Selain memikirkan sakit ibunya, dia harus menyekolahkan anaknya. Satu-satunya pilihan adalah berjualan miras jenis ciu yang dipasok dari pengepul asal Bekonang, Sukoharjo. “Saya ditawari satu dus ciu botolan seharga Rp240.000. Meski untungnya sedikit, tapi lumayan bisa menyambung hidup,” ujarnya.

Advertisement

Sayang, usaha jualan miras Crysa kini harus ditutup. Aparat Polsek Teras menyita semua mirasnya sebanyak dua kardus berisi belasan botol ciu dalam operasi penyakit masyarakat (pekat), Selasa (16/5/2017). Crysa hanya bisa pasrah dan menangis ketika barang dagangannya dikukut polisi. “Kalau saya enggak jualan terus anak saya makan apa. Ibu saya gimana,” ibanya saat diperiksa polisi.

Crysa mengaku pernah terbersit untuk berjualan makanan lagi, meski harus di tepi jalan atau trotoar. Tapi, niatannya itu langsung pupus begitu dia dimintai uang sewa lahan Rp2,5 juta tahun oleh pemilik lahan. “Saya bisa masak soto, masak nasi rames, dan aneka sayuran. Tapi, saya enggak punya lokasi. PadahaTK,” terangnya.

Miras jenis ciu yang dijual Crysa disembunyikan di dalam rumah, bukan di etalase. Crysa baru akan melayani pembeli jika ada pesanan sebelumnya. “Yang dipajang di teras rumah hanya sembako dan kebutuhan sehari-hari. Ciunya ditaruh di dalam rumah,” jelas Kanitreskrim Teras, Ipda Wijanardi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif