Jateng
Minggu, 14 Mei 2017 - 23:50 WIB

SOSIALISASI 4 PILAR : Digandeng MPR, FH Undip Gelar Wayang Kulit

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip) Prof. Dr. R. Benny Riyanto, SH.,CN.,MHum (paling kiri) dan anggota Badan Sosialisasi MPR, Abdul Kadir Karding (dua dari kiri) menyerahkan wayang kepada Ki M.P.P. Bayu Aji, sebelum pergelaran wayang kulit Wahyu Sri Cemani di Pelataran Parkir FH Undip, Tembalang, Semarang, Sabtu (13/5/2017). Pergelaran wayang ini digelar FH Undip untuk merayakan Lustrum XII kampus tersebut. (JIBI/Semarangpos.com/yud)

Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan kembali dilakukan MPR, kali ini dengan menggandeng Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip).

Semarangpos.com, SEMARANG – Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) rupanya belum menyerah mensosialisasikan frasa Empat Pilar Kebangsaan kepada masyarakat. Kali ini, sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dilakukan MPR dengan menggandeng Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro Semarang melalui pergelaran wayang kulit.

Advertisement

Pergelaran wayang kulit yang menampilkan dalang muda Ki M.P.P. Bayu Aji, putra dalang kondang Ki Anom Suroto, itu digelar di pelataran parkir FH Undip, Tembalang, Semarang, Sabtu (13/5/2017) malam. Pergelaran wayang kulit yang juga digelar dalam rangka memeriahkan Lustrum XII FH Undip itu mengambil lakon Wahyu Sri Cemani.

Empat Pilar Kebangsaan yang menyetarakan posisi Pancasila, UUD 1945, negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika itu sempat dimuat UU No. 2/2011 tentang Perubahan atas UU No.2/2008 tentang Partai Politik. Namun, sejak April 2014, frasa Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara itu dinyatakan Mahkamah Konstitusi (MK) tidak lagi memiliki kekuatan hukum mengikat.

Penghapusan istilah Empat Pilar Kebangsaan itu dilakukan MK setelah mengabulkan permohonan Masyarakat Pengawal Pancasila Jogja, Solo, Semarang (MPP Joglosemar) yang menginginkan Pancasila sebagai sumber hukum yang tidak bisa disejajarkan dengan pilar kebangsaan lainnya.

Advertisement

Kendati demikian, MPR tetap getol mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan. Anggota Badan Sosialisasi MPR, Abdul Kadir Karding, menilai ideologi tentang Empat Pilar Kebangsaan saat ini wajib ditanamkan kepada masyarakat, terlebih kondisi bangsa yang rawan perpecahan akibat munculnya perbedaan dan gerakan-gerakan radikal.

“MPR memiliki cara efektif dalam mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan, salah satunya dengan pendekatan budaya seperti wayang kulit,” tutur Karding di kampus FH Undip.

Senada dengan Karding, Dekan FH Undip Prof. Dr. R. Benny Riyanto, SH.,CN.,MHum., menyebutkan Empat Pilar Kebangsaan bisa menjadi penangkal perpecahan bangsa yang timbul akibat perbedaan.

Advertisement

“Di tengah kondisi bangsa yang simpang siur seperti saat ini, rasanya tepat memberikan pemahaman Empat Pilar Kebangsaan. Nah, FH Undip ingin turut andil dan memberi warna di tengah masyarakat. Tujuannya cuma satu, yakni mengamankan NKRI, Pancasila, UUD, dan Kebhinekaan,” beber Benny.

Pergelaran wayang kulit dengan lakon Wahyu Sri Cemani berlatarbelakang Perang Bratayudha. Untuk memenangkan perang itu, Pandawa memiliki empat kunci, yakni keberadaan Prabu Kresna, Semar sebagai penasehat, para tokoh Pandawa, dan Tombak Kalimasada yang merupakan senjata Puntadewa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif