Soloraya
Minggu, 14 Mei 2017 - 21:30 WIB

KULINER WONOGIRI : Di Rumah Makan Ini Anda Dipanggil Sayang, Pasangan Enggak Boleh Marah

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung RM Alami Sayang II di Jl. Wonogiri-Ngadirojo km 6, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, Minggu (14/5/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Kuliner Wonogiri, rumah makan yang satu ini menyajikan aneka masakan Jawa. Namun ada yang unik.

Solopos.com, WONOGIRI — Rumah makan di Wonogiri yang satu ini layak dicoba. Ada yang unik. Panggilan Sayang yang enggak di dapat di rumah makan lain.

Advertisement

Pengunjung RM Alami Sayang II di Jl. Wonogiri-Ngadirojo km 6, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, Minggu (14/5/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

“Selamat datang, sayang. Mau pesan minuman apa?” kalimat itu yang didengar Yusuf ketika memasuki Rumah Makan Alami Sayang II di Jl. Wonogiri-Ngadirojo km 6, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, Minggu (14/5/2017).

Advertisement

“Selamat datang, sayang. Mau pesan minuman apa?” kalimat itu yang didengar Yusuf ketika memasuki Rumah Makan Alami Sayang II di Jl. Wonogiri-Ngadirojo km 6, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, Minggu (14/5/2017).

“Es teh satu saja,” balas dia kepada pelayan yang melontarkan kalimat tersebut.

Tiga langkah kemudian, matanya terfokus pada puluhan masakan jawa seperti trancam, bothok, garang asem, pepes, dan lain-lain. Tangan kanannya meraih piring dan sendok, tangan kirinya menyiduk satu centong nasi dari dalam bakul.

Advertisement

Sepotong paha ayam goreng dia ambil sebelum ia duduk di sudut rumah makan tersebut. “Ini teh manisnya, sayang,” tutur seorang pelayan sembari menaruh segelas es teh manis di depan Yusuf. “Terima kasih,” balas Yusuf.

Pria asal Slogohimo, Wonogiri, tersebut telah berulangkali makan di rumah makan tersebut. Kali pertama dia datang, dia terkejut dipanggil sayang oleh pelayan ketika menanyakan pesanan minuman dan ketika hendak membayar.

“Namun lama-lama jadi biasa. Bahkan menjadi nyaman. Suasananya jadi hangat penuh keakraban,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu.

Advertisement

Sayap Bisnis

Pelayan memang diminta pemilik rumah makan, Sulastri, untuk menggunakan kata sayang ketika menanyakan sesuatu kepada pengunjung. Tak ada maksud lain selai membuat para pengunjung tersebut nyaman saat jajan di rumah makan.

“Mulanya saya ikut suami merantau ke Kalimantan. Dia bekerja sebagai seorang mador di sebuah proyek. Untuk menambal kebutuhan sehari-hari, saya juga ikut membuka warung makan di sana. Ketika berbelanja di pasar, seorang pedagang selalu memanggil pembelinya dengan kata sayang. Dan pembelinya sangat banyak. Oleh sebab itu saya mempraktikkannya di rumah makan saya,” tutur Sulastri.

Advertisement

Setelah pulang ke Wonogiri pada 1998, dia kembali membuka warung makan di Jl. Wonogiri-Ngadirojo km 2, Ngadirojo Kidul, Wonogiri. Metode yang sama dia terapkan kepada seluruh pengunjung dan pengunjungnya semakin ramai.

“Rumah makan saya sebenarnya bernama Alami. Namun karena pengunjung selalu dipanggil sayang, mereka menambah kata sayang dibelakang nama rumah makan saya. Jadilah namanya Alami Sayang, sesuai panggilan para pengunjung,” sambung dia.

Karena rumah makannya tersebut tak mampu menampung jumlah pengunjung, Sulastri membuka cabang baru di Jl. Wonogiri-Ngadirojo km 6, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, dan diberi nama Rumah Makan Alami Sayang II. Dari situ dia juga melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka toko oleh-oleh khas Wonogiri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif