News
Kamis, 11 Mei 2017 - 14:20 WIB

ISLAM DI NUSANTARA : Menag: Paham Ekstrem Tidak Diajarkan Pendahulu Kita

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menag Lukman Hakim memberikan penjelasan mengenai moderasi Islam dalam seminar nasional di IAIN Ponorogo, Rabu (10/5/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Menag Lukman Hakim Saifuddin menyebut paham Islam moderat merupakan warisan pendahulu.

Madiunpos.com, PONOROGO — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan paham moderat dalam beragama Islam di bumi Nusantara adalah salah satu warisan dari ulama pendahulu. Paham ini dianggap relevan dan urgen diterapkan atas pertimbangan realitas kemajemukan di Indonesia.

Advertisement

“Pendahulu kita, para ulama dengan bijaknya mengembangkan Islam khas di Nusantara yaitu mengembangkan Islam yang moderat. Karena memang melihat realitas keragaman yang ada di Indonesia,” kata Lukman Hakim saat mengisi acara Seminar Nasional Revitalisasi Pendidikan Islam Multikultural dalam Bingkai Moderasi di Kampus II IAIN Ponorogo, Rabu (10/5/2017).

Menag menuturkan paham moderat ini sangat penting untuk mengayomi seluruh masyarakat Indonesia yang majemuk. Moderat, kata dia, berarti tidak ekstrem.

Advertisement

Menag menuturkan paham moderat ini sangat penting untuk mengayomi seluruh masyarakat Indonesia yang majemuk. Moderat, kata dia, berarti tidak ekstrem.

Kaitannya dengan moderasi Islam ini, saat ini kita mengenal sebagian umat Islam yang memiliki pandangan ekstrem. Meski dalam latar belakang sangat komplek.

“Paham seperti itu [ekstrem] tidak diajarkan pendahulu kita, guru kita. Melainkan paham moderat,” kata Menag.

Advertisement

Mengenai pendidikan Islam, kata Lukman, meskipun pendidikan Islam dengan beragam varian diajarkan. Namun ada hal-hal yang menjadi ciri utama pendidikan Islam. Salah satunya yaitu pendidikan Islam bertujuan untuk mengenal dan memperkenalkan jati diri kemanusiaan kita.

Jatidiri pendidikan Islam itu menjadi sebuah penghayatan mengenai siapa manusia itu. Setelah mengenal jatidiri, nantinya akan mengenal Tihan.

Fungsi manusia diturunkan ke bumi, menurut Menag ada dua, yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah atau pengelola alam. Sebagai hamba Allah, fungsi manusia di dunia yakni mengabdi. Salah satunya yaitu dengan mengelola alam semesta dengan sebaik-baiknya.

Advertisement

Lukman menuturkan bentuk ibadah umat Islam seluruhnya bermuara pada fungsi sosial. Bahkan ibadah yang bersifat personal seperti salat.

“Ketika orang salat, ujungnya tidak hanya taat kepada Allah. Melainkan salat ini juga untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang dilarang. Salat itu aspek sosialnya sangat kental sekali,” kata dia.

Begitu juga ibadah seperti puasa, zakat, dan haji. Bentuk ibadah ini aspek sosialnya juga sangat tinggi.

Advertisement

“Pendidika  Islam bertujuan untuk mengenal siapa itu manusia. Nantinya berujung pada pengelolaan alam semesta atau sebagai khalifah di bumi,” ungkap alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif