Soloraya
Rabu, 3 Mei 2017 - 20:35 WIB

5 Murid Jadi Korban Anarkisme Konvoi Kelulusan, SMAN 1 Klaten Segera Lapor Polisi

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kaca mobil ini dirusak sekelompok orang yang berkonvoi di jalan raya Jogja-Solo, Selasa (2/5/2017) siang. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

SMAN 1 Klaten bakal lapor ke polisi terkait penganiayaan terhadap lima siswanya.

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah warga menjadi korban anarkisme peserta konvoi sepeda motor yang dilakukan sekelompok orang di wilayah Klaten, Selasa (2/5/2017). Di antara korban tersebut ada lima pelajar SMAN 1 Klaten.

Advertisement

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMAN 1 Klaten, Aris Sutaka, menjelaskan pada Selasa sekitar pukul 14.00 WIB saat pulang sekolah, 11 murid kelas XI berada di warung seberang SMAN 1 Klaten. Mereka merupakan anggota pasukan pengibar bendera sekolah setempat.

Berdasarkan keterangan dari murid SMAN 1 Klaten, saat berada di warung tersebut, konvoi sepeda motor datang dari arah barat Jl. Merbabu. Salah satu peserta konvoi menyeretkan logam yang diduga sebilah parang ke aspal jalan.

Advertisement

Berdasarkan keterangan dari murid SMAN 1 Klaten, saat berada di warung tersebut, konvoi sepeda motor datang dari arah barat Jl. Merbabu. Salah satu peserta konvoi menyeretkan logam yang diduga sebilah parang ke aspal jalan.

Tanpa alasan apa pun, peserta konvoi berhenti di depan warung dan langsung menebaskan parang ke arah murid yang berkumpul di warung. Salah satu murid bernama Candra mengalami luka tebasan di punggung.

Sementara teman-temannya kalang kabut. Ada yang mencoba menolong serta menyelamatkan diri. “Seorang murid bernama Juan yang mencoba menolong Candra juga terkena senjata tajam di tangan,” urai dia.

Advertisement

Sementara Kevin dihantam menggunakan helm. Naufal, murid kelas XI, juga menjadi korban penganiayaan lantaran dipukul dan diinjak peserta konvoi. “Tas salah satu murid juga diambil. Di dalamnya terdapat dompet,” ungkapnya.

Aris menuturkan kejadian itu berlangsung cepat. Saat peristiwa tersebut terjadi, ia berada di dalam gedung sekolah. “Saat itu saya masih berada di kantor kemudian diberi tahu murid ada peristiwa itu. Saat saya datang konvoi itu sudah pergi. Anak-anak juga langsung dibawa ke rumah sakit,” tutur dia.

Syaiful, Juan, Naufal, serta Kevin menjalani rawat jalan. Sementara Candra yang mengalami luka di punggung menjalani rawat inap di RSI Klaten. Aris menjelaskan dari keterangan para murid tak semua peserta konvoi mengenakan seragam sekolah. Pelaku pembacokan diketahui mengenakan celana pendek berwarna hitam.

Advertisement

Aris menjelaskan para murid yang menjadi korban penganiayaan tak masuk sekolah pada Rabu. “Untuk murid lainnya yang merupakan anggota pengibar bendera dan berada di lokasi saat kejadian ada yang izin, ada yang masuk. Kami memahami, mungkin mereka masih trauma,” ungkapnya.

Aris menuturkan untuk sementara kegiatan ekstrakurikuler yang biasa digelar setelah jam sekolah atau setelah pukul 14.00 WIB ditiadakan. Ia juga mengatakan kejadian itu segera dilaporkan ke kepolisian setelah para murid sembuh dari rasa trauma yang dialami.

“Kalau mereka sudah masuk sekolah, akan kami antarkan ke kantor polisi membuat laporan. Harapan kami para pelaku segera ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku,” urai dia.

Advertisement

Lebih lanjut, Aris menjelaskan tak ada korban meninggal dunia dari SMAN 1 Klaten akibat peristiwa tersebut. Hal itu ia sampaikan menanggapi beredarnya kabar di media sosial murid SMAN 1 Klaten meninggal dunia akibat peristiwa tersebut.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Solopos.com, warung yang menjadi lokasi penganiayaan tutup pada Rabu. Berdasarkan keterangan, setelah menganiaya para pelajar di warung tersebut konvoi itu lantas melarikan diri ke arah timur.

Salah satu pemilik warung di Jl. Andalas yang berlokasi 400 meter timur SMAN 1 Klaten, Sri, 50, menuturkan sejumlah peserta konvoi sempat berhenti di sebelah warungnya. “Mereka terlihat panik seperti sedang mencari tempat sembunyi,” kata dia.

Sri menuturkan jumlah peserta konvoi yang berhenti di sebelah warungnya kurang dari 10 orang. Sebagian dari mereka ada yang menyeret kayu pentungan. “Ada orang yang membawa sesuatu dibungkus kertas koran. Tidak terlalu jelas apakah yang dibungkus koran itu senjata tajam. Yang satu sepertinya bukan pelajar. Dia mengenakan celana pendek,” kata Sri.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif