News
Selasa, 2 Mei 2017 - 08:00 WIB

KULINER SOLO : Kelana Rasa 7 Presiden RI di Kota Bengawan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden RI dari waktu ke waktu (kiri-kanan), Soekarno, Soeharto, Habibie, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, Jokowi. (letsreadmagazine.com)

Kuliner Solo beragam rasa. Tak heran bila kepala negara di negeri ini punya klangenan berbeda-beda.

Solopos.com, SOLO — Kepala negara di Indonesia rupanya memiliki tempat-tempat langganan kuliner di Solo. Tak hanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Abdurrahman Wahid hingga Megawati juga ngefans dengan kuliner Solo.

Advertisement

“Siapa bilang makan ceker sama jerohan bisa menaikkan kolesterol? Justru makanan seperti itu bisa menurunkan kolesterol,seloroh mendiang Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pada suatu kesempatan saat berbincang dengan Hussein Syifa dalam perbimcangan dengan Solopos.com beberapa waktu lalu.

“Kok bisa begitu, Gus?” tanya mantan politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu keheranan sembari melongo melihat Presiden Keempat Republik Indonesia baru menandaskan 30 buah ceker gudeg Bu Kasno.

Ceker bercita rasa gurih dan saking empuknya bisa diseruput tinggal menyisakan tulang itu buah tangan Hussein saat bertandang ke hotel tempat Gus Dur menginap.

Advertisement

“Iya bisa saja. Kolesterolnya turun, tapi dari perut ke kaki. Mangga hlo dirahapi dulu. Habis itu, baru diratapi. He. He. He,” jawab Gus Dur santai.

Kelakar yang disampaikan Abdurrahman Wahid seusai memanjakan lidah dengan kuliner khas Solo itu masih lekat dalam memori Hussein. Ia beberapa kali berkesempatan mendampingi Gus Dur saat bertandang ke Kota Bengawan.

Bertualang rasa menjadi salah satu agenda wajibnya, termasuk saat beliau menjalani pengobatan alternatif selama sepekan di Kota Bengawan. “Dulu tiap malam minta dibawakan gudeg ceker ke hotel. Sekali makan bisa habis 30 sampai 40 biji [ceker ayam]. Minumannya wedang jahe gepuk Mbah Wir. Jahenya disebut paling enak se-Asia Tenggara,” bebernya saat berbincang, Kamis (6/4/2017).

Advertisement

Menu lain yang disukai Gus Dur, disebut Hussein, bakmi godok Bu Citro. Lantaran jadi kegemaran Presiden IV, bakmi Jawa tersebut menjadi salah satu menu pada hajatan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU), di Asrama Haji Donohudan, pada 2004.

Untuk variasi sarapan pagi, presiden yang menjabat pada 1999-2001 itu juga doyan soto. Salah satu kegemarannya, Soto Triwindu. Ia biasa menikmati semangkuk soto daging sapi, ditemani lauk empal kisi atau jerohan sapi goreng.

“Gus Dur itu memang tidak diet. Pas opname di rumah sakit saja pernah ngajak makan ke luar. Beliau cuma pesan, ‘Jangan kasih tahu ibu ya [istri Gus Dur]’,” katanya menirukan keisengan Gus Dur.

Selain gudeg ceker Bu Kasno, Gus Dur juga suka mampir ke Rumah Makan Adem Ayem yang terletak persis di seberang Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi. Diceritakan pemilik tempat makan setempat Lies Rosmijati, Gus Dur biasa datang bersama rombongan kecil sejumlah empat atau lima orang.

Gus Dur punya tempat duduk favorit di meja bernomor tiga, dekat dinding sisi barat. Menu kegemarannya saat ngiras adalah gudeg komplit plus sambel goreng krecek dan tolo. Lauknya dada ayam, kerupuk udang, ditambah ayam goreng khas Adem Ayem.

Soeharto

Lies menuturkan restorannya yang berdiri sejak 1969 juga digemari Keluarga Cendana. Saat Presiden Soeharto singgah di Ndalem Kalitan, ia pernah mendapat pesanan sampai 40 kendil besar berisi gudeg, sambel goreng krecek dan tolo, telur itik, opor ayam kampung, dan areh santan kental.

Hal itu diamini Kepala Rumah Tangga Ndalem Kalitan, R.M.T. Agus Surindra. Saat singgah di kediaman pribadi Presiden Kedua Republik Indonesia di Solo, ada beberapa menu yang biasa dihidangkan antara lain sate buntel Bu Bejo, tengkleng Bu Edi, sate jamu kambing Pasar Kliwon (sate dengan bumbu eksta merica), dan soto Pak Di.

Ada juga cabuk dan gembrot sembukan dari Toko Varia, botok tawon dari Caruban, tempe goreng, sambel tempe, dan emprit goreng yang dimasak koki kepresidenan. “Mungkin karena dulunya beliau anak petani, emprit goreng seperti nostalgia beliau. Kalau sembukan dan cabuk, karena beliau pernah tinggal di Wonogiri,” terang Agus saat ditemui Jumat (7/4/2017).

Laiknya standar pelayanan kepresidenan, sebelum dihidangkan, sajian lebih dulu diperiksa tim kesehatan. Mendiang Pak Harto sebelum kondisi kesehatannya menurun, diceritakan Agus, rajin menjalani tirakat dalam tradisi Jawa seperti puasa ngrowot dan mutih.

“Pak Harto kalau dhahar semua yang di belakangnya juga dipikirkan. Dari ajudan sampai sopir ditanya, ‘Sudah makan apa belum?’. Beliau juga punya kebiasaan mengunyah makanan lebih dari 30 kali. Itu wejangan beliau supaya awet sehat,” tuturnya.

Habibie

Pengalaman B.J. Habibie menyecap kuliner Solo diceritakan Ketua Pengurus Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdaus, Eny Rahma Zaenah. Di sela promosi film sekuel Habibie-Ainun di Soloraya pada 2016 lalu, sosok yang dekat dengan keluarga Presiden Ketiga Republik Indonesia itu membawa hantaran makanan untuk sahur Habibie di hotel.

“Saya bawakan gudeg ceker Bu Kasno, nasi liwet Purwosari, Serabi Notosuman, sambal bawang, sama molen Tawangmangu. Eyang [Habibie] bukan tipe pemilih makanan. Tapi beliau sangat teratur soal makan. Kalau enggak boleh sama dokter, ya enggak. Tapi waktu saya bawakan tempo hari, Eyang kelihatan sangat menikmati,” ujarnya saat ditemui, Kamis.

President Director International Islamic Schools Allaince (Ittishal) ini mengetahui Habibie gemar masakan rumahan seperti sayur asem ditemani lauk karak saat bertandang ke kediaman pribadi beliau di Jerman. Eny juga suka membawakan buah tangan untuk tokoh dirgantara nasional itu saat berkunjung ke kediaman pribadinya.

“Saya oleh-olehin camilan. Eyang kebetulan suka ngemil, walaupun enggak boleh lebih dari sepiring kecil. Biasanya saya bawa sukun goreng, serabi, molen Tawangmangu sama balung kethek. Balung kethek-nya saya pesan khusus ke pembuatnya supaya pakai gula diet dan minyak sekali pakai,” kisahnya.

Eny hingga kini belum kesampaian mengabulkan keinginan Habibie untuk jajan di warung kaki lima Kota Solo, lantaran belum ada kesempatan. Ia juga membeberkan ritual kecil pengganti Presiden Soeharto itu sebelum makan. “Eyang sangat menghargai makanan. Sebelum dinikmati, ia suka menata letak makanan lantas memotretnya,” bebernya.

Megawati

Lain lagi kisah Megawati Soekarnoputri. Presiden Kelima Republik Indonesia ini doyan ngiras soto ayam Gading dan bakmi godok Pak Dul saat melawat ke Kota Bengawan. “Yang penting makanannya enggak binatang berkaki empat. Makannya memang enggak banyak. Ibu [Mega] kalau mengatur diet, top,” ujar Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo.

Rudy berujar Mega juga menggandrungi masakan bikinan istrinya, Endang Prasetyaningsih. “Kadang pas kangen Ibu pesan, ‘Mbak [istri Rudy] mbok dikon masak, Rud’. Ibu suka masakan pedas. Favoritnya oseng belanak, botok mlanding, gembrot sembukan, cabuk, oblok-oblok, sama sambel goreng lombok ijo. Istri saya bikin sendiri, enggak pakai micin”.

Soekarno

Selain Megawati, Wali Kota menyebut Presiden Soekarno menyukai makanan merakyat seperti sayur asem, sayur lodeh, ikan asin, sampai sambal terasi. “Kalau di Solo katanya beliau suka nasi liwet sama cabuk rambak,” tambahnya.

Penelusuran Solopos.com di Reksa Pustaka Mangkunegaran, Soekarno yang punya pertalian dekat dengan Mangkunagoro VIII, beberapa kali dijamu di istana setempat. Salah satu foto menampilkan menu prasmanan memuat beberapa makanan kegemaran Proklamator Kemerdekaan itu antara lain ayam goreng, bakmi goreng, dan sate ayam.

SBY

Sedangkan Presiden Keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), diceritakan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Solo Supriyanto, beberapa kali mampir menikmati semangkuk Soto Gading, baik saat menjabat maupun selepas purna tugas sebagai kepala negara.

Menurut Supriyanto, SBY tipe penyuka masanan Indonesia. Saat bertandang ke Karanganyar dan Solo belum lama ini, SBY semringah saat dijamu suguhan jajanan pasar seperti getuk, nogosari, cenil, klepon, dan tak lupa camilan kacang rebus kesukaannya.

“Tempo hari, rombongan Pak SBY singgah di sini mereka makan ayam bakar, ikan laut bakar, sayur. Enggak macam-macam. Dulu juga pernah dibawakan gudeg ceker Bu Kasno dan tengkleng Bu Edi. Nasi liwet juga suka. Pokoknya yang selera tradisional,” katanya.

Jokowi

Terakhir, Presiden Ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Mantan Wali Kota Solo ini kafah menjelajahi berbagai kuliner khas Solo antara lain sate buntel, sate kere, tahu kupat, timlo Solo, soto ayam Gading, bakmi Jawa, selat segar, gudeg ceker, nasi liwet, nasi pecel, wedang ronde, dan wedangan.

Pemilik Sate Bu Bejo, Siti Ngaisyah Bejo, 80, menuturkan Jokowi sudah menjadi langganannya sejak bujangan. Menu kegemarannya sate kambing muda campur buntel dan tongseng pedas sedang.

“Pak Presiden kalau ke sini kayak pulang ke tempat simboke dewe. Dari dulu sampai sekarang enggak berubah. Tetap ramah. Enggak seperti orang besar. ‘Mbah, satene laris nggih? Nderek seneng’. Begitu katanya kalau ke sini. Duduknya juga enggak memilih, campur sama orang-orang jajan lainnya,” ujar Bu Bejo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif