Soloraya
Minggu, 30 April 2017 - 10:10 WIB

Tari Sufi Warnai Penutupan 24 Jam Menari di Solo

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para penari 24 jam saat pentas kolaborasi dalam penutupan peringatan Hari Tari Dunia (HTD) di panggung terbuka Gapura ISI Solo, Minggu (30/4/2017) pagi. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Tarian Sufi mewarnai penutupan peringatan Hari Tari Dunia di Solo.

Solopos.com, SOLO – Peringatan Hari Tari Dunia (HTD) ISI Solo ditutup dengan pentas kolaborasi antara para penari 24 jam 2017 dan tahun sebelumnya di Teater Kapal kampus setempat, Minggu (30/4/2017).

Advertisement

Acara terakhir juga dimeriahkan whirling dervish dengan iringan Balasyik Seroja asal Pekalongan. Tepat pukul 06.00 WIB ketika tarian usai, Budayawan Mudji Sutrisno menuju panggung acara dan melakukan orasi budayanya sebagai seremonial terakhir HTD ISI Solo.

Mudji menjabarkan tentang jalan seni dan kebinekaan Bangsa Indonesia. Orasi menjadi seremonial rutin di puncak acara 24 Jam Menari. Budayawan yang akrab disapa Romo Muji ini juga banyak menyinggung tentang riuh gaduhnya perpolitikan dan perekonomian bangsa.

“Bagi yang selalu berbahasa wacana dan retorika, banyaklah belajar pada rakyat jelata yang lebih banyak diam dan menyimpan dalam-dalam pahitnya kehidupan mereka di relung hatinya. Semua ini semogalah mampu dihayati agar dialog peradaban dapat selalu diperjuangkan sehingga kehidupan senantiasa dimuliakan,” kata Romo Muji.

Advertisement

Sejumlah penari dan budayawan terlihat menunggu penutupan peringatan ke-11 HTD. Meski sudah digelar sejak Sabtu (29/4/2017) sore, pada Minggu pagi tetap dipadati penonton. Beberapa pejabat ISI solo yaitu Rektor Sri Rochana juga hadir memberikan dukungan.

 

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif