Jogja
Sabtu, 29 April 2017 - 18:22 WIB

Kreatifnya SMKN 2 Gendangsari Eksplorasi Motif Pisang dan Belalang

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa SMK N 2 Gedangsari, Gunungkidul, melakukan demo membatik di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Jumat (28/4/2017). Selain membatik, mereka juga memamerkan kain batik yang telah diproduksi. (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

SMKN 2 Gendangsari mendorong keahlian siswa sekaligus melestarikan batik.

Harianjogja.com, SLEMAN — Kecintaan terhadap batik semakin ditanamkan dalam diri kaum muda. Tidak hanya mengenakan dalam balutan busana, para remaja dan anak muda juga digiatkan untuk ikut membuatnya.

Advertisement

Hal tersebut sudah menjadi kebiasaaan di daerah Gedangsari, Gunungkidul. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, pembuatan batik di daerah tersebut semakin digencarkan. Tidak hanya di lingkungan keluarga, batik juga menjadi kerajinan wajib yang harus diaplikasikan di lingkungan sekolah.

Salah satu SMK yang aktif memproduksi batik adalah SMK N 2 Gedangsari. Setiap siswa wajib membuat satu potong batik setiap semester. Melalui mata pelajaran Mulok Batik, siswa kelas X diwajibkan membuat batik motif pengembangan alam sekitar seperti motif pisang, srikaya, belalang, dan motif lainnya yang menggambarkan situasi lingkungan Gedangsari yang berada di daerah perbukitan. Kelas XI membuat batik tulis kombinasi cap dan kelas XII sudah memadukan motif batik pengembangan dengan motif tradisional dan teknik cap.

“Setiap semester cukup banyak yang dihasilkan. Kelas X saja ada 106 siswa, kelas XI 85 siswa, dan XII 60 siswa,” kata Guru Produktif dan Mulok Batik SMK N 2 gedangsari Katarina Puji Handayani ditemui Harian Jogja saat menggelar pameran di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Jumat (28/4/2017).

Advertisement

Beragam motif sudah berhasil diciptakan dan ratusan lembar kain batik juga sudah dipasarkan. Untuk satu potong kain ukuran 200×115 cm, SMK N 2 Gedangsari mematok harga mulai Rp200.000 dan untuk bahan kain sutra bisa melebihi Rp700.000. Meski berada di pelosok DIY, sekolah ini ingin memenuhi seluruh segmentasi pasar, mulai dari kelas medium sampai premium.

Baru-baru ini, SMK N 2 Gedangsari juga mengembangkan batik dengan bahan warna alam. Bahan yang digunakan adalah kulit batang pohon mahoni. Untuk menghasilkan ketajaman warna yang berbeda, pada proses fiksasi para siswa memanfaatkan tawas, kapursirih, dan tunjung. Tawas menghasilkan ketajaman warna sogan sedang, kapursirih warna muda, tunjung warna sogan tua. Selama ini, siswa Gedangsari memang lebih banyak memproduksi batik dengan pewarna kimia. Dengan menggunakan bahan alam ini, SMK N 2 Gedangsari ingin lebih mengeksplorasi bahan yang ada di lingkungan sekitar.

Selain memproduksi dalam bentuk kain, para siswa juga menjual kepada customer dalam bentuk pakaian jadi, syal, dan tas. Dalam sekali pameran, mereka bisa menjual sampai 10 potong. Beberapa pameran yang pernah diikuti adalah Jogja Fashion Week, Baron Technopark, Inacraft di Jakarta, dan masih banyak lagi.

Advertisement

Siswa SMK N 2 Gedangsari kelas XI jurusan Busana Butik Arsha Nur Kholifah dan Putri Septiana kelas X pada jurusan yang sama mengatakan, mereka mengaku senang bisa menciptakan batik melalui tangan-tangan mereka sendiri. Mereka sudah belajar membatik sejak SD. Di sekolahnya, para guru sudah mengajarkan kerajinan itu, begitu juga di SMP, dan SMK.

Salah satu tahapan yang menurut mereka sulit adalah saat proses pencantingan. Meski demikian mereka ingin terus mengembangkan kemampuannya agar menghasilkan hasil karya yang berkualitas. “Ingin mengembangan [pembuatan batik] terus untuk melestarikan batik khas Gedangsari,” tutur Arsha.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif