Soloraya
Kamis, 27 April 2017 - 11:45 WIB

Produksi Minim, Pemprov Jateng Bagikan Bibit Kedelai dan Pupuk

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian kedelai. (Wahyu Darmawan/JIBI/Bisnis)

Produksi kedelai di Jateng masih belum mencukupi kebutuhan.

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menggalakkan penanaman kedelai di tingkat petani dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu dilakukan menyusul minimnya produksi kedelai di Jateng.

Advertisement

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kebutuhan kedelai di Jateng dalam satu tahun mencapai 340.191 ton. Padahal, produksi kedelai di Jateng mencapai 112.157 ton. Sesuai data tersebut, Jateng masih kekurangan 228.034 ton.

Guna menyikapi persoalan itu, Pemprov Jateng menggelontorkan bantuan benih ke petani di 20 kabupaten di Jateng. Varietas benih kedelai yang diberikan ke petani di 20 kecamatan, yakni kedelai Grobogan dan anjasmara yang dianggap tahan serangan hama.

“Biasanya, kekurangan kedelai di Jateng disikapi dengan impor. Makanya tahun ini, kami mengajak para petani menanam kedelai. Kami siap memberikan bantuan benih untuk 10.000 hektare di lahan intensifikasi dan 500 hektare di lahan integrated farming [di hutan]. Kami sudah mengawali di Kendal dan beberapa daerah lainnya. Saat ini, kami mendata di Klaten,” kata Kepala Seksi (Kasi) Aneka Hayati dan Umbi Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Tri Susilarjo, saat ditemui wartawan di aula Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Rabu (26/4/2017).

Advertisement

Selain memberikan bantuan bibit kedelai, lanjut Tri Susilarjo, Pemprov Jateng juga memberikan bantuan pupuk. Guna meraih hasil maksimal, para petani yang ditunjuk menanam kedelai hasil bantuan Pemprov Jateng bakal didampingi ahli pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja.

“Bantuan yang kami berikan per hektare berupa bibit kedelai sebanyak 50 kilogram, pupuk NPK sebanyak 100 kilogram, pupuk organik sebanyak 1.000 kilogram, rhizobium sebanyak 200 gram, dan insektisida sebanyak dua liter. Untuk lahan integrated farming ditambah lagi herbisida sebanyak dua liter. Dengan berbagai bantuan itu, semoga target di Jateng terkait tanaman kedelai tercapai [luas tanam 77.687 hektare dengan sasaran panen 73.988 hektare],” katanya.

Kepala Seksi (Kasi) Produksi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DPKPP Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan Kabupaten Bersinar telah menyiapkan lahan 1.000 hektare guna mendukung penanaman kedelai. Areal yang disiapkan berada di enam kecamatan, yakni Cawas, Pedan, Trucuk, Bayat, Wedi, dan Karangdowo.

Advertisement

“Hampir sama dengan di Jateng, produksi kedelai di Klaten juga mengalami kekurangan. Dalam satu tahun, produksi kedelai hanya 5.000 ton, padahal kebutuhannya mencapai 25.000 ton. Banyak petani yang tidak mau menanam kedelai karena ribet, mudah diserang organisme pengganggu tanaman (OPT), dan harga jual yang rendah ,” katanya.

Hal senada dijelaskan Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Trucuk, Sudarna. Kurang antusiasmenya petani menanam kedelai karena harga jual kedelai yang kalah bersaing dengan tanaman pangan lainnya, seperti jagung dan padi.

“Para petani biasanya memilih menanam jagung dibandingkan kedelai. Sebagai perbandingan, hasil yang diperoleh petani menanam jagung seluas satu petak [2.200 meter persegi], yakni Rp5 juta. Sedangkan, hasil yang diperoleh menanam kedelai seluas satu petak senilai Rp2 juta. Biaya produksi jagung untuk satu petak maksimal Rp2 juta. Biaya produksi kedelai seluas satu petak senilai Rp500.000,” kata Sudarna.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif