Jogja
Rabu, 26 April 2017 - 08:20 WIB

Terpusat di Malioboro, Wisata Belanja Di Jogja Perlu Alternatif

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangku taman di Pedestrian Malioboro depan Gedung DPRD DIY menarik wisatawan untuk berswa foto di momen libur panjang Maulud Nabi, Senin (12/12/2016). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Malioboro sebagai destinasi wisata belanja masih menjadi magnet bagi wisatawan domestik yang menghabiskan libur akhir pekan di Jogja

 
Harianjogja.com, JOGJA-Malioboro sebagai destinasi wisata belanja masih menjadi magnet bagi wisatawan domestik yang menghabiskan libur akhir pekan di Jogja. Akibatnya, kemacetan dan kurangnya lahan parkir menjadi persoalan krusial.

Advertisement

“Padahal, potensi wisata belanja di Jogja itu bisa dikembangkan selain di Malioboro. Di antaranya di kawasan Jalan Urip Sumohardjo dan Umbulhardjo [XT Square],” ujar Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) DIY, Udhi Sudiyanto kepada Harianjogja.com, Selasa (25/4/2017).

Udhi mengatakan pada saat libur akhir pekan sebagian besar wisatawan yang datang merupakan wisatawan domestik. Tidak seperti karakter wisatawan mancangera yang lebih memilih potensi budaya yang dimiliki Jogja sebagai daya tarik untuk berlibur di kota ini.

Sedangkan, bagi wisatawan domestik, Malioboro merupakan kawasan surga belanja yang cukup ikonik. Sehingga, tidak mengherankan jika kepadatan wisata masih terpusat di kawasan ini.

Advertisement

“Jalan Urip Sumohardjo itu bisa jadi alternatif, jika bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata belanja. Di sepanjang jalan tersebut terdapat pusat perbelanjaan. Ini bisa dijadikan solusi untuk memecah kepadatan di Malioboro,” jelas Udhi.

Kendati beberapa titik dapat dikembangkan sebagai wisata belanja alternatif, kata Udhi, tetap diperlukan perencanaan dan penataan yang tepat. Pasalnya, selama ini wisata belanja di Malioboro memberikan dampak pada kemacetan lalu lintas dan terbatasnya lahan parkir.

Lebih lanjut Udhi menjelaskan, lahan parkir yang terbatas membuat sejumlah angkutan umum, seperti bus pariwisata dan kendaraan pribadi tidak mendapat tempat parkir. Hal itu berdampak pada kondisi lalu lintas yang macet di tengah kota.

Advertisement

“Jangan sampai keberdaan destinasi belanja yang baru memberikan dampak yang sama, yakni kemacetan dan minimnya lahan parkir,” papar Udhi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif