UII Membangun Bumi Pertiwi menjadi tema yang diangkat pada milad ke-74
Harianjogja.com, SLEMAN – Universitas Islam Indonesia (UII) memperingati puncak milad ke-74 di Auditorium Abdulkahar Mudzakkiir, Selasa (25/4/2017). UII Membangun Bumi Pertiwi menjadi tema yang diangkat kampus swasta tertua di Tanah Air tersebut dalam milad kali ini.
Rektor UII Nandang Sutrisno dalam pidato milad menyampaikan, pemilihan tema tersebut dirasa sangat relevan dengan upaya yang terus di UII dengan visinya sebagai rahmatan lil’alamiin.
Nandang menjabarkan, dalam rangka penguatan terintegrasinya nilai-nilai keislaman di setiap kurikulum program studi, UII mengambil pendekatan di landasan paradigmatik integration of human knowledge.
Nandang menjabarkan, dalam rangka penguatan terintegrasinya nilai-nilai keislaman di setiap kurikulum program studi, UII mengambil pendekatan di landasan paradigmatik integration of human knowledge.
Dari upaya ini kemudian dilanjutkan untuk memperkuat keunggulan keislaman UII dilakukan melalui penyusunan kerukulum komprehensif ulil albab UII dan rumusan profil lulusan UII. Adapun profil lulusan tersebut adalah insan ulil albab yang berkepribadian islami, berpengetahuan integratif, berkepemimpinan profetik dan berketrampilan transformatif.
“Sebagai sebuah PT lslam, Ull selalu mempertahankan ciri ke-Islaman dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Ull juga berkomitmen untuk memberikan solusi terhadap berbagai persoalan bangsa dan negara dengan mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama. Ull tidak ingin terjebak dalam dikotomi pendidikan,” ujar Nandang dalam pidatonya di hadapan civitas akademika UII.
“Prestasi yang selama ini diraih harusnya bisa semakin membuat seluruh civitas akademika UII tertantang untuk selalu meningkatkannya,” imbuhnya
Sambutan milad juga disampaikan dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII Revianto Budi Santoso.
Dalam sambutannya dia memaparkan, universitas didirikan dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan. Konsekuensinya, perguruan tinggi harus mampu menjadi penegak kebenaran sehingga keberadaannya sebagai pengupaya pengetahuan dapat diandalkan.
Revianto menuturkan, sebagai mercusuar kebenaran, PT sering kali masih menjaga jarak dari hiruk-pikuk keseharian masyarakat.
“Karena itulah PT masih acapkali dijuluki sebagai ‘menara gading’ yang megah menjulang tapi tak bersentuhan dengan realita. Padahal seharusnya PT bisa membumikan kampus, bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menegaskan, dalam situasi saat ini PT dituntut untuk menyandang kedua peran, yakni menjadi penegak nilai sekaligus menjadi bagian dari kesibukan keseharian. Menurutnya, PT harus memiliki pijakan nilai luhur sehingga mampu mentransendensikan kehidupan dan memiliki keterlibatan intensif dengan kehidupan.
“Dengan begitu PT mampu mengkontribusikan kebaikan. Karena sudah selayaknya PT untuk tidak berhenti melakukan eksplorasi yang inklusif. Tak memandang remeh sumber-sumber pengetahuan, sehingga dapat membentuk jejaring yang menebar rahmat,” imbuhnya.
Revianto menambahkan, agar keberadaan PT tetap menjadi bermakna di muka bumi sebagai pengemban amanah menyebarkan ilmu pengetahuan, PT wajib membumikan kampus. Dengan begitu, pengetahuan yang ada dan dikembangkan dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas.
“Dan yang tidak kalah penting, PT juga perlu mengkampuskan bumi, yakni menjadikan seluruh yang ada di alam sebagai tempat belajar dan menghimpun pengetahuan. Kuliah Kerja Nyata misalnya, perlu untuk dikembangkan bukan hanya memberikan pengetahuan pada masyarakat desa, tapi juga untuk menimba pengetahuan dan kearifan dari mereka yang datangi,” paparnya.