Jogja
Rabu, 26 April 2017 - 09:20 WIB

Merti Dusun Kebonharjo, Mengenang Sejarah Desa

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Belasan tumpeng dan gunungan disiapkan warga untuk memeriahkan tradisi merti desa di Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Selasa (25/4/2017). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Merti desa dinilai tidak hanya bertujuan menyampaikan rasa syukur atas berkah yang diberikan Tuhan

Harianjogja.com, KULONPROGO-Merti desa dinilai tidak hanya bertujuan menyampaikan rasa syukur atas berkah yang diberikan Tuhan. Kegiatan pelestarian budaya lokal tersebut juga dinilai dapat menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat.

Advertisement

Kepala Desa Kebonharjo, Rohmad Ahmadi mengatakan, merti desa dilakukan untuk mengenang perjuangan melawan wabah penyakit ganas yang pernah terjadi pada masa lampau, khususnya di wilayah Dusun Kleben.

Berdasarkan kisah yang disampaikan secara turun-temurun, saat itu ada dua orang bernama Den Bagus Bul dan Den Bagus Lengser. Mereka berjanji menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Kleben. Syaratnya, warga mesti menggelar merti desa setiap tahun dengan menanggap tayub tledek.

“Tradisi ini sudah dilakukan selama hampir 200 tahun setiap Rajab,” kata Rohmad dalam acara merti desa di Balai Desa Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Selasa (25/4/2017).

Advertisement

Merti desa dimulai dengan melaksanakan kirab budaya dari Balai Desa Kebonharjo menuju tempat ritual Dung Sono. Sebanyak 11 tumpeng yang dihias dengan berbagai hasil bumi ikut diarak untuk mencerminkan kemakmuran desa. Rohmad mengungkapkan, peserta kirab wajib menggunakan pakaian Jawa lengkap untuk mengikuti ritual Dung Sono.

Usai ritual, rombongan kirab kembali menuju Balai Desa Kebonharjo. Mereka kemudian menyaksikan pertunjukan tayub tledek bersama warga lain.

“Pelestarian tradisi ini merupakan bagian dari pembentukan karakter desa, menumbuhkan rasa persatuan, dan menciptakan harmoni kehidupan,” ujar Rohmad.

Advertisement

Merti Desa Kebonharjo tidak hanya dihadiri oleh jajaran pemerintah dari tingkat desa hingga kabupaten. Panitia juga mengundang kalangan akademisi, pegiat wisata, hingga perwakilan LSM. Seluruh lembaga desa juga dilibatkan, seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Karang Taruna, dan PKK.

Panitia Merti Desa Kebonharjo, Dwi Budiatun menambahkan, tayub tledek juga bisa dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antar warga. Warga juga bisa menyampaikan unek-unek dan aspirasinya.

“Persoalan pada level grass root bisa diungkapkan tanpa rasa malu dan takut dalam bentuk acara sawanggati. Aspirasi warga bisa dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pemerintah desa,” ucap Dwi menjelaskan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif